Oleh | Ingot Simangunsong
TENTANG “Mata PENA”, Winston Churchill mengatakan, “PENA lebih tajam daripada pedang.”
Sementara Napoleon Bonaparte mengatakan, “Saya lebih takut pada sebuah PENA dari pada seratus meriam.”
PENA sangat kental kaitannya dengan huruf, kata dan kalimat. Artinya, kebermanfaatan PENA sangat kental juga kaitannya dengan positif-negatif-nya alur pikir (OTAK) si pengguna PENA dalam merangkai, huruf dan kata menjadi kalimat.
Apakah kumpulan kalimat itu untuk hal-hal yang positif atau menjadi alat pemantik “kegaduhan” atau “membunuh karakter”, tergantung moral pengguna (pemanfaat) PENA.
Kata orang bijak, “Berhati-hatilah menggunakan PENA, bila menyusun kata menjadi rangkaian kalimat.”
Menulislah dengan alur “pikir itu pelita hati”, tidak berlandaskan “kegalauan hati” atau “amarah”.
Pujangga mengatakan, “Kata-kata yang lembut dapat melembutkan hati yang lebih keras dari batu. Tetapi kata-kata yang kasar dapat mengeraskan hati yang lunak seperti sutera.”
Berbalik arah
Tentu, apa yang disebutkan Winston Churchil dan Napoleon Bonaparte, tidaklah serta merta diaminkan sebagai rasa ketakutan sebenarnya.
Jika, dengan nalar objektif, kita memaknai pernyataan itu, sebagai rasa hormat mereka terhadap siapa-siapa yang memiliki talenta (kemampuan menulis).
Karena, setiap kita sangat paham, apa yang disebut-sebut, bahwa mata pedang dapat saja berbalik arah. Demikian juga moncong meriam. Bahkan, lebih tajam lagi, orang bijak mengatakan, “jangan sampai senjata makan tuan.”
Winston Churchil mau pun Napoleon Bonaparte, menyampaikan pesan, tentang dalam memanfaatkan mata PENA, ada kaidah-kaidah yang harus terjaga, agar “ketakutan” tersebut, berdasarkan fakta yang akurat, dapat dipercaya dan memberikan ruang seluas-luasnya sebagai perimbangan penyampaian informasi.
Bukan membuat “ketakutan” yang membabi-buta, dengan mengenyampingkan rambu-rambu yang sudah ditentukan, misalnya asas praduga tidak bersalah.
“Kebarbaran” merangkai kata menjadi kalimat, akan dapat membalik arahkan mata PENA atau mata PEDANG atau moncong MERIAM.
Ketakutan Winston Churchil atau Napoleon Bonaparte, jangan diplesetkan sebagai bentuk pembenaran dalam perkataan “mereka berdua saja takut, masak yang lain tidak takut dengan mata PENA.”
Salam mata PENA!!!
Penulis, Ingot Simangunsong, pimpinan redaksi mediaonline segaris.co