MELALUI telepon selular, Ketua DPD Walubi Kota Pematang Siantar, Susanto menyebutkan, bahwa IMLEK FAIR yang pelaksanaannya dimulai pada tahun 2015, di samping untuk menyambut perayaan IMLEK, juga menjadi “perekat” budaya etnis (suku) yang ada di Kota Pematang Siantar.
Sementara itu, sekretaris DPD Walubi, Chandra Yau mengungkapkan, pelaksanaan IMLEK FAIR, murni untuk hiburan dalam menyambut perayaan IMLEK dengan menampilkan kebudayaan Tionghoa, serta kebudayaan etnis yang ada di Kota Pematang Siantar.
“Jadi, Imlek Fair itu murni dalam nuansa gembira menyambut perayaan Imlek yang diisi dengan penampilan budaya seluruh etnis yang ada di Kota Pematang Siantar,” kata Chandra Yau, yang memimpin terselenggaranya Imlek Fair di tahun 2016 dan 2017.
Pelaksanaan Imlek Fair itu, dijelaskan Chandra Yau, digelar selama 8 hari sebelum perayaan Imlek, dengan memasang ratusan lampion dan hiasan di Jalan Bandung dan Jalan MT Haryono, Kota Pematang Siantar.
“Jadi, konsep Imlek Fair itu, ya bagaimana etnis Tionghoa bergembira menyambut Perayaan Imlek, bersama seluruh lapisan masyarakat dengan menampilkan ragam budaya etnis yang ada di Kota Pematang Siantar,” kata Chandra Yau.
Tidak komersial
Kemudian Chandra Yau menjelaskan, sejak digelar tahun 2015 yang diprakarsai tokoh masyarakat Tionghoa, OW Herry Darmawan, pelaksanaan Imlek Fair, orientasinya tidak komersial.
“Kita benar-benar menggelarnya dalam menyambut Perayaan Imlek. Yang kita kerjakan selama ini, murni untuk menyajikan hiburan dengan menampilkan budaya, tidak hanya budaya etnis Tionghoa, juga budaya Simalungun, Toba, Mandailing dan budaya etnis lainnya. Tidak ada nuansa komersial di pelaksanaan Imlek Fair,” kata Chandra Yau.
Menurut Chandra Yau, setiap malam sepanjang 8 hari pelaksanaan – dimana penyelenggara mempersiapkan panggung – setelah Barongsai tampil, sesuai jadwal yang sudah dipersiapkan, giliran etnis lainnya menampilkan kebudayaan masing-masing.
Pengertian tidak komersial, dijelaskan Chandra Yau, di tempat kegiatan Jalan Bandung dan sebagai Jalan MT Haryono, tidak ada kesan bazar apalagi PASAR MALAM.
Perkuat rasa toleransi melalui perekatan budaya
Menurut Chandra Yau, pengharapan dari terlaksananya Imlek Fair, adalah semakin menguatnya rasa toleransi melalui perekatan budaya dari semua etnis yang ada di Kota Pematang Siantar.
“Melalui kebudayaanlah, kita rekat rasa toleransi. Dengan terpeliharanya rasa kebersamaan melalui kebudayaan, kita akan lebih mudah membangun komunikasi atau membicarakan apa pun terkait kemajuan pembangunan Kota Pematang Siantar,” kata Chandra Yau.
Baca juga :
Dukung PERAYAAN IMLEK, INI HARAPAN Hj Susanti Dewayani bagi Kota Pematang Siantar
Makanya, Chandra Yau mengungkapkan, kerja penyelenggaraan Imlek Fair tersebut, yang demikian banyak menyita waktu dan pikiran, dengan satu tujuan membangun rasa toleransi di tengah masyarakat Pematang Siantar yang heterogen.
“Melalui kebudayaan, salah satu pintu penguatan membangun rasa toleransi. Itu yang perlu sama-sama kita jaga, dan kami berupaya menyajikannya dengan baik melalui Imlek Fair,” kata Chandra Yau.
Tahun 2024 rencana digelar kembali
Diungkapkan Chandra Yau, pada Nopember 2022, masyarakat etnis Tionghoa, khususnya para sesepuh telah menyampaikan “kerinduan” untuk digelar kembali Imlek Fair.
“Kita sudah ngumpul pada Nopember tahun kemarin, untuk membicarakan penggelaran kembali Imlek Fair. Namun, ketika itu PPKM belum dicabut, dan baru Desember 2022, Presiden mencabut PPKM. Artinya, kita di tahun 2023 ini, akan mulai membicarakan kemungkinan digelarnya Imlek Fair pada tahun 2024,” kata Chandra Yau.
Baca juga :
Hj Susanti Dewayani: “Bisa menggunakan Lapangan H Adam Malik untuk kegiatan keagamaan, sosial, dan budaya”
Kemudian, Chandra Yau menegaskan, terkait pelaksanaan Imlek Fair yang pemasangan tenda-tendanya dibongkar paksa SatPol PP Kota Pematang Siantar, tidak ada kaitannya dengan Walubi.
“Kita mau meluruskan informasi yang simpang-siur, yang menyebutkan Walubi ikut serta. Faktanya, Walubi tidak ikut, dan tidak pernah terlibat dalam membicarakan rencana Imlek Fair yang dibongkar SatPol PP,” kata Chandra Yau. (Ingot Simangunsong/Samsudin Harahap/***)