Oleh | Ingot Simangunsong
KOTA PEMATANGSIANTAR-KABUPATEN SIMALUNGUN, dan daerah lainnya di negeri yang kita cintai ini, INDONESIA, sedang memasuki tahapan PESTA DEMOKRASI pemilihan anggota legislatif (DPR-RI, Provinsi, Kabupaten/Kota), pemilihan Presiden/Wakil Presiden, dan pemilihan kepala daerah, yang dilaksanakan serentak pada Februari 2024 dan Nopember 2024.
Di awal tahun 2023 (bahkan di tahun 2022 yang sudah berlalu), sejumlah partai politik, komunitas politik dan pergerakan kepolitikan, sudah melakukan aktifitas memanaskan “MESIN POLITIK”.
Puluhan komunitas GANJAR PRANOWO melakukan hal tersebut, sebagai alat tekan politik, agar Partai PDI-Perjuangan men-CAPRES-kan Ganjar Pranowo di Pilpres 2024 sebagai penerus JOKOWI.
PARTAI NasDem, malah lebih awal memanaskan “mesin politik”-nya, dengan Carpres mereka, adalah ANIES BASWEDAN.
Untuk Kabupaten Simalungun, Partai Golkar sudah mulai memanaskan “mesin politik” dengan Ketua Umum DPP Partai Golkar, Airlangga Hartarto yang mengumumkan bahwa Radiapoh Hasiholan Sinaga – Bupati Kabupaten Simalungun – telah menjadi bagian dari keluarga besar.
Memanaskan “mesin politik”, tidak mengenal waktu, apakah masih hitungan terlalu dini atau tidak. Karena “mesin politik”, kapan saja pun, harus diberikan ruang dan waktu untuk memanaskannya. Seumpama mesin kendaraan, yang diwajibkan dilakukan pemanasan, sebelum dilajukan menyusuri jalanan.
Ketua Jaringan Demokrasi Indonesia (JaDI) Provinsi Sumatera Utara, Nazir Salim Manik, menyebutkan bahwa apa yang terjadi dalam proses pemilihan umum selama ini, adalah para calon anggota legislatif, calon kepala daerah dan lainnya, tidak memanfaatkan fasilitas sosialisasi yang tersedia, seperti media cetak, media elektronik dan media sosial (facebook, instragram, tweeter) serta lainnya.
Sehingga, ketika mendekati hari H, kepada para pemilih disodorkanlah ratusan bahkan ribuan calon, yang “dipaksa” untuk mengenal mereka dalam waktu yang demikian singkat.
Nazir Salim Manik, juga menyampaikan bahwa aktor terpenting pada Pemilu 2024, adalah MEDIA.
Apa yang disampaikan Nazir Salim Manik, tentu bagi para calon legislatif atau calon kepala daerah, yang memang benar-benar memiliki rencana politik tersebut, setidaknya dapat membaca sinyal yang disampaikan tersebut.
“Mesin politik” harus sudah dimulai pemanasannya, bagi para calon, yang benar-benar ingin menduduki kursi legislatif dan kursi kepala daerah.
Artinya, masyarakat pengguna atau pemanfaat media sosial, patut juga memanaskan “mesin politik” secara pribadi, untuk dapat memperhatikan, membaca dan kemudian menetapkan layak tidaknya memberikan suara kepada calon legislatif dan calon kepala daerah.
Rekam jejak harus tetap diperhatikan, dengan pemanasan “mesin politik”. Patut diwaspadai, calon legislatif mau pun calon kepala daerah, yang punya pemikiran bahwa perolehan dapat diraih menjelang di ujung pelaksananaan pesta.
Mari melihat mereka-mereka yang mulai memanaskan “mesin politik”-nya. Mari mengamati rekam jejak, agar tidak salah kaprah dalam menetapkan pilihan di 2024. Mari sama-sama menolak money politic, karena beda dengan cost politic.
Penulis, Ingot Simangunsong pimpinan redaksi segaris.co