AKU sudah tidak tertarik lagi, untuk menjadi WAKIL RAKYAT.
Kenapa? Lantas mau beralih menjadi apa? (Jadi WAKIL RAKYAT, kurang enak. Lebih kebanyakan main “kucing-kucingan”. Main “petak umpat”. Main “sandiwara-sandiwaraan”. Parahnya lagi, harus mengenakan “seribu topeng” biar tidak kelihatan, wajah munafnya. Yakh, kuputuskan, kembali menjadi RAKYAT sajalah).
Kalau begitu keputusannya, hilanglah fasilitas istimewa terhadap kekuatan menentukan arah proyek kepada siapa saja. Hilanglah fasilitas segala macam tunjangan. Hilanglah sejumlah komisi.
Jika kembali menjadi rakyat, kira-kira mau berada di kelas yang mana. Kalau milih jadi rakyat “berdasi”, sudah pasti bergelar “TUAN TAKUR” (memiliki tanah dimana-mana beserta isinya).
Artinya, kamu punya rencana yang luar biasa, dan rada konyol, menjadi (toke)nya WAKIL RAKYAT. Memberi fasilitas akomodasi kepada para calon yang mengaku-ngaku “petarung”, dan faktanya didukung kekuatan “toke”.
Kalau begitulah, kenyataan dari kemunduranmu dari WAKIL RAKYAT, sejatinya kamu tidak setulusnya kembali menjadi RAKYAT. Kamu, sedang mengemas sebuah dramaturgi, menjadi dalang yang mengatur dan mengotak-atik para WAKIL RAKYAT.
Kalau itu, langkah yang kamu persiapkan, kamu benar-benar NAKAL, dan JAHAT. Kamu hanya seperti ULAR, sedang ganti KULIT. Atau kamu terinspirasi gaya hidup BUNGLON.
Yukkk, kita nikmati kupi atau kopi ARABICA, agar kita tentukan arah KERAKYATANmu. Agar terselesaikan, apakah nilai-nilai kemanusiawianmu, masih mengental atau sudah mencair karena KETAMAKAN.
Jika kamu sudah tidak enakan menjadi WAKIL RAKYAT, dan memutuskan untuk menjadi RAKYAT, yang muncul dalam benakku, kamu itu akan memanfaatkan pundi-pundi rezekimu, untuk berbagi kepada rakyat yang membutuhkan.
Misalnya saja, para PETANI, yang merasa kesulitan mendapatkan pupuk, kamu bantu mendapatkan kemudahan-kemudahan, agar para PETANI sejahtera dari hasil pertaniannya.
Kemudian para pengusaha rumahan (yang bahasa kerennya HOME INDUSTRI), kamu beri bantuan modal kerja, dan solusi pendistribusian produk. Pengusaha rumahan itu pun menjadi SEJAHTERA.
Kalau ditanya, kamu harus memilih mana, sudah pasti, sebaiknya kamu menjadi “SINTERKLAS” membagi-bagikan apa yang kamu miliki untuk kesejahteraan rakyat.
Perananmu lebih terpuji, dibandingkan kamu menjadi “TOKE”nya WAKIL RAKYAT. Kamu akan terhindari dari ‘caci-maki’ atau ‘umpatan-umpatan’.
Mari sama-sama menjadi RAKYAT, makan nasi perang untuk pikiran lebih tenang. Tokh, perbedaan hanya pada harga dan tempat dimana kita menikmati makanan.
penulis | Ingot Simangunsong, Pimpinan Redaksi Mediaonline segaris.co