Catatan | Ingot Simangunsong
MENTERI Keuangan Sri Mulyani memberikan hadiah atau bonus berupa Dana Insentif Daerah (DID) kepada 15 kota yang masing-masing lebih dari Rp10 miliar usai berhasil menekan inflasi lebih tinggi dari nasional.
Ke-15 kota tersebut, yakni Kota Pematang Siantar, Singkawang, Sorong, Tual, Pontianak, Pangkal Pinang, Lhokseumawe, Kendari, Pare-pare, Probolinggo, Balikpapan, Metro, Yogyakarta, Samarinda, dan Tasikmalaya.
Bu Wali Kota Pematang Siantar, Hj Susanti Dewayani menyebut keberhasilan tersebut sebagai “Capaian atau prestasi yang tidak lepas dari kerja keras, kolaborasi, dan sinergi yang erat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Pematang Siantar dalam menekan inflasi.”
Apa yang diraih di masa kepemimpinan Bu Wali yang masih hitungan “seumur jagung” bersama 14 kota lainnya itu, merupakan prestasi yang patut diapresiasi.
Setidaknya, ada yang sudah terbangun dengan baik oleh Bu Wali, yakni rasa kebersamaan dalam mewujudkan pembangunan Kota Pematang Siantar yang lebih sehat, sejahtera dan berkualitas.
Baca juga :
Dapat bonus dari Menkeu, Hj Susanti Dewayani: “Tidak lepas dari kerja keras, kolaborasi, dan sinergi yang erat TPID”
Bu Wali – pimpinan perempuan pertama di Pemerintah Kota Pematang Siantar dan perempuan kedua kepala daerah di Provinsi Sumatera Utara setelah Wali Kota Tebingtinggi, Hj Rohani Darus – dengan prestasi berhasil menekan inflasi lebih tinggi dari nasional, adalah langkah awal dalam menyemangati langkah-langkah selanjutnya.
Prestasi tersebut, juga diharapkan dapat menjadi “jembatan” penyamaan visi dan misi Pemerintah Kota dengan DPRD Kota Pematang Siantar, serta dengan seluruh stakeholder yang ada.
Prestasi tersebut – yang diberikan Menteri Keuangan, Sri Mulyani – adalah momentum membuka diri bagi semua pihak yang berkompeten dan punya kepentingan mulia dalam membangun Kota Pematang Siantar, untuk bersama-sama dan saling mengisi dalam menyempurnakan berbagai kekurangan untuk mencapai satu tujuan yang sama.
Baca juga :
Bu Wali selfi di mata air Pulau Batu, destinasi wisata alternatif Kota Pematang Siantar
Bu Wali – dengan latar profesi dokter spesialis anak – pasti sangat memahami betul, bagaimana membangun komunikasi, karena komunikasi yang terbaik, adalah bagaimana membangun dialog dengan anak-anak yang membutuhkan pemulihan atas kesehatannya.
Pemahaman – kecerdasan – penguasaan terhadap anatomi kesehatan anak, patut juga menjadi bagian tidak terpisahkan, dalam melihat atau bagaimana Bu Wali meneropong kondisi kekinian Pemerintah Kota Pematang Siantar.
Puluhan tahun berkutat pada diagnosa dan menentukan serta menetapkan obat yang tepat bagi kesembuhan atau pemulihan seorang anak, setidaknya menjadi salah satu pola konstruktif bagi Bu Wali dalam mendiagnosa berbagai permasalahan yang “hidup” dalam pembangunan Kota Pematang Siantar.
Keteguhan profesi pada kode etik yang dimiliki selama ini, juga menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan begitu saja dalam membalut bungkus setiap langkah dan tahapan membangun berbagai sektor dengan skala prioritas capaiannya.
Kata pepatah orang tua terdahulu, “tidak ada gading yang tidak retak.” Pada masa kekinian, dengan tingkat kecerdasan, dan keterbukaan pola pikir, yang patut dikemas adalah, bagaimana menjaga “gading yang retak” agar semakin tidak melebar retaknya dan jangan sampai hancur berkeping-keping, melalui harmonisasi diplomasi.
Selamat Bu Wali, atas bonus keberhasilan menekan inflasi lebih tinggi dari nasional.
Penulis, Pimpinan Redaksi mediaonline segaris.co