MILTON Napitupulu S.Th, pendiri Milton Ministry yang sudah bergerak di bidang sosial kemasyarakatan dan membangun kerohanian – khususnya di kalangan kaum ibu rumah tangga – telah membentuk satu aktifitas baru, yakni Sekolah Ekonomi Milton Ministry, dan mulai bergerak di Juni 2022.
“Baru kita mulai, dengan jumlah peserta per gelombang hanya 10 ibu-ibu. Kenapa Milton Ministry lebih peduli pada kaum ibu, karena kaum ibulah yang selalu berhubungan dengan perekonomian keluarga,” kata Milton Napitupulu saat menyampaikan motivasi kepada 10 kaum ibu peserta Sekolah Ekonomi di rumah Betti Siagian di Jalan Bah Birong, Kelurahan Sigulang-gulang, Kecamatan Siantar Utara, Kota Pematangsiantar, Provinsi Sumatera Utara, Kamis (30/06/2022).
Ke-10 kaum ibu itu, sehari-harinya bekerja bertenun ulos, mengopek bawang, ikan, berjualan kue, kateringan, dan memulung (botot).
Berjuang menambah penghasilan
Dalam testimoninya, kaum ibu tersebut menyampaikan bagaimana mereka berjuang membantu suami untuk menambah penghasilan. Kemudian, dengan kerja serabutan, mereka bersama kepala keluarga, hanya mampu mengumpulkan penghasilan rata-rata di bawah Rp 3 juta.
Penghasilan sebesar itu, dengan jumlah keluarga tiga sampai lima orang, tidaklah dapat memenuhi kebutuhan layak.
Bahkan, seorang ibu boru Manurung, dengan terisak menyampaikan bagaimana dirinya harus berjuang mendapatkan pinjaman Rp250.000 untuk membayar biaya pendaftaran anaknya masuk sekolah.
Dengan adanya Sekolah Ekonomi yang digerakkan Milton Napitupulu, mereka merasakan adanya pihak yang memperhatikan kondisi perekonomian mereka yang sangat memprihatinkan.
“Kami merasa diperhatikan, kami bersyukur ada yang membantu melalui Milton Ministry,” kata boru Manurung, Betti Siagian, boru Napitupulu (penjual kue basah), dan yang lainnya.
Menyampaikan motivasi
Sekolah Ekonomi tersebut, kata Milton Napitupulu, lebih terfokus pada bagaimana memotivasi para kaum ibu, untuk lebih arif mengelola keuangan dan bagaimana menyiasati penuhan kebutuhan hidup.
“Kita ingatkan, bahwa dalam kondisi perekonomian yang memprihatinkan, jangan pula berpola berlebihan. Misalnya, membeli nasi bungkus, menggunakan air dan arus listrik berlebihan,” kata Milton Napitupulu.
Kemudian, motivasi lainnya, adalah bagaimana kaum ibu menggunakan sisa lahan yang ada untuk bercocok tanam sayur-sayuran, bawang, cabai, dan memelihara ternak.
Dengan adanya tanaman sayur-sayuran, dapat mereka manfaatkan dengan tidak membeli lagi, Begitu juga tanaman lainnya serta pemeliharaan ternak ayam.
“Untuk sementara ini, saya masih mengarahkan kaum ibu untuk tanam sayur-sayuran. Apakah itu dengan pola tanam pot atau tanam di lahan yang ada,” kata Milton Napitupulu.
Biaya dari donator
Biaya Sekolah Ekonomi Milton Ministry tersebut, diakomodir dari bantuan para donator yang dengan sukarela menyisihkan penghasilannya untuk membantu kaum ibu tersebut.
Setiap gelombang yang digelar Sekolah Ekonomi, dilaksanakan selama 6 bulan, dengan 12 kali pertemuan. Artinya, setiap bulan dilakukan dua kali pertemuan.
Biaya yang dialokasikan untuk ke-10 kaum ibu tersebut, sebesar Rp15.000.000, dari dana tersebut disisikan Rp800.000 bagi setiap peserta sebagai modal usaha yang dapat dikembangkan untuk menambah peningkatan ketahanan perekonomian keluarga.
“Itu yang dapat dilakukan Milton Ministry untuk membantu kaum ibu yang setiap hari merasa pusing mengelola kebutuhan hidup keluarga,” kata Milton Napitupulu. (Ingot Simangunsong/***)