DONNA Pandiangan saat berada di lingkungan SMP Negeri 3 Jorlang Hataran, juga sangat peduli dengan kondisi sekolah yang sempat dipimpinnya selama 3,5 tahun.
Banyak hal yang dikerjakannya di sekolah tersebut. Mulai penataan taman, kebersihan ruang belajar dan guru, serta membangun rasa kebersamaan.
Hal yang berkesan bagi Donna Pandiangan adalah ketika merayakan Natal bersama anak Panti Asuhan Zarfat, yang bertetangga dengan sekolah tersebut.
“Saya ingin mengajarkan ke anak-anak didik kami berbagi di masa pandemi. Kesederhanaan yang penuh kasih. Saya berterimakasih untuk panitia dan rekan guru, dan tetap menanti berkat Tuhan untuk kemajuan SMP Negeri 3 Jorlang Hataran,” kata Donna Pandiangan kepada segaris.co di ruang kerjanya SMP Negeri 1 Gunung Malela, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, Selasa (21/06/2022).
Semangat membangun itulah, yang dibawa Donna Pandiangan ke SMP Negeri 1 Gunung Malela.
Saat memulai tugas, Donna Pandiangan melihat taman sekolah yang tidak terawat dan tidak tertata dengan baik.
“Halaman sekolah yang demikian luasnya, tidak memiliki tukang kebun. Tidak etis jika kita harus menyuruh anak didik membersihkan taman sekolah,” kata Donna Pandiangan.
Apa tindakan yang diambil? Donna Pandiangan pun mengambil kebijakan untuk mengangkat seorang tukang kebun.
“Saya sudah SK kan seorang tukang kebun yang tugasnya membersihkan lingkungan sekolah dan penataan taman. Honornya Rp1juta per bulan,” kata Donna Pandiangan.
Sekarang, hanya hitungan 4 bulan sudah banyak perubahan di lingkungan sekolah itu. Taman sekolah kelihatan asri dan nyaman. Bahkan sudah dapat dijadikan tempat selfi. Pepohonan besar yang rindangan sudah layak jadi tempat rehat anak didik. Joglo yang berada di tengah halaman sekolah pun semakin sering diduduki anak didik.
“Dengan memberdayakan tukang kebun, sekolah semakin asri, anak didik semakin aman dan nyaman belajar. Prinsipnya sekolah harus dapat menciptakan suasana yang menyejuk bagi anak didik, guru dan seluruh elemen yang ada,” kata Donna Pandiangan.
Ketika segaris.co memasuki kawasan SMP Negeri 1 Gunung Malela, guru piket menyapa 3 siswa yang berjalan sembari menenteng jajan bakso bakar dan saos.
“Anak-anak, sampah sisa makananmu jangan dibuang sembarangan ya. Buanglah pada tempatnya,” kata guru piket itu.
Terhadap situasi tersebut, Donna Pandiangan menyebutkan, “Baik-baik guruku semuanya. Mau diajak kerjasama dan sangat perduli pada lingkungan. Saya memperlakukan mereka layaknya saudara sendiri.”
Berdayakan lahan 16 rante
Hal lain yang menjadi perhatian Donna Pandiangan adalah lahan seluas 16 rante yang berada di bagian belakang sekolah.
“Lahan itu masih berada di wilayah dua hektar lahan sekolah. Kondisinya seperti hutan belantara. Sangat mengkhawatirkan, karena saya takut menjadi sarang binatang jahat, seperti ular misalnya,” kata Donna Pandiangan yang terpikir bagaimana memberdayakan lahan yang tidak terjamah itu.
Donna Pandiangan pun menggelar rapat dengan para guru. Dalam rapat itulah disampaikannya sebuah tantangan kepada guru untuk memanfaatkan lahan nganggur seluas 16 rante.
“Saya tantangan mereka agar memanfaatkan lahan tersebut tanpa dibebani persyaratan apa pun. Bagi saya, yang penting lahan itu berubah dari hutan belantara menjadi bermanfaat untuk ditanam apa pun,” kata Donna Pandaingan.
Usaha yang digulirkan Donna Pandaingan itu pun, membuahkan hasil. Dua guru berkenan untuk memberdayakan lahan nganggur tersebut. Kedua guru itu, kini sudah membagi masing-masing 8 rante dan sudah ditanami jagung.
“Bersyukur, dua guru saya sudah bercocok tanam jagung. Mereka mendapatkan hasil tambahan, sekolah mendapatkan rasa aman dan nyaman dari kemungkinan adanya binatang liar. Saya lega,” kata Donna Pandiangan. (Ingot Simangunsong/***/bagian kedua)