FILM “Ngeri Ngeri Sedap” besutan sutradara yang sekaligus penulis skrenario, Bene Dion Rajagukguk itu, menjadi trending topik. Dibicarakan dari berbagai kalangan usia, dan ditonton dari kalangan suku.
Bersama kru dan pemeran pendukung, mereka sempat membatasi mimpi mereka dengan jumlah penonton 500.000 saja.
Namun, siapa yang menyangka, dalam masa putar 15 hari saja, jumlah yang mereka mimpikan itu, malah melesat jauh (tiga kali lipat lebih), yakni berhasil menarik 1.505.757 penonton.
Kenapa bisa secepat itu? Karena “Ngeri Ngeri Sedap” sangat kental dengan budaya Batak. Maka Bene Dion, tidak menyangka film ini justru diterima hangat oleh orang-orang dari wilayah lain.
Baca juga : LCC tingkat Kabupaten Simalungun digelar 20-21 Juni
“Yang aku lakukan setiap hari dapat angka itu aku selalu bilang di grup cast itu ‘gak masuk akal guys’ sampai saat ini masih ngerasa gak masuk akal,” kata Bene Dion.
Diprediksi, angka tersebut masih akan terus bertambah mengingat “Ngeri Ngeri Sedap” masih tayang di bioskop Tanah Air.
Sekadar mengingatkan, bahwa film tersebut sempat menempuh jalan panjang sebelum bisa direalisasikan. Ada beberapa rumah produksi yang sempat menolak.
Hal ini terjadi karena beberapa hal, salah satunya Bene Dion tidak mau mengganti para pemain utama. Baginya, Boris Bokir, Rian Jegel, Lolox dan Gita Bebita sudah menjadi yang paling pas untuk bermain dalam film tersebut.
“Karena ada banyak sekali misinya dalam film ini, pertama kenapa aktornya tidak mau diganti, karena ada satu misi khusus. Mau menunjukan kepada khalayak bahwa standup comedian sudah saatnya levelnya dianggap sejajar dengan aktor,” kata Bene.
“Begitu pemain empat ini diganti satu aja, misi ini sudah hilang, jadi itu juga yang membuat itu susah dilakukan,” sambungnya.
Para pemain lain juga ikut mengucap syukur. Mereka tidak menyangka, meski gempuran film lokal dan luar negeri berdatangan, “Ngeri Ngeri Sedap” masih bisa bertahan.
“Ngeri Ngeri Sedap” bercerita tentang orang tua asal Sumatera Utara yang ingin anak-anakna pulang ke kampung halaman. Mereka sudah coba membujuk namun tidak berhasil. Akhirnya tercipta ide untuk berpura-pura cerai. Anak-anak mereka pun kembali dan membawa problematikanya masing-masing. (***)