“APABILA kita ingin investasi anak, itu dimulai dari usia 1.000 hari pertama. Di situlah di tiga tahun pertama kita harus konsen memantau dan menjaga pertumbuhan anak. Terutama memantau asupan makan anak. Tidak harus mewah dan mahal, namun harus bergizi.”
Hal tersebut disampaikan Plt Wali Kota Pematangsiantar, Hj Susanti Dewayani saat gelar pelaksanaan Gebyar Pencegahan Anak Stunting dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Kantor Lurah Timbang Galung, Jalan Menambin, Kecamatan Siantar Barat, Kota Pematangsiantar, Provinsi Sumatera Utara, Selasa (14/06/2022).
“Dengan memberikan makan yang prima, kita bisa mencegah stunting yang dimulai dari kita sendiri. Dan peran ibu di keluarga sangat berpengaruh dalam peningkatan asupan gizi untuk anak,” kata Hj Susanti Dewayani yang juga menjelaskan, stunting adalah permasalahan gizi anak yang menjadi fokus program pemerintah pusat, karena anak-anak merupakan investasi/tabungan di hari tua.
Baca juga : 36 tahun mengabdi di SMP Negeri 1 Ujung Padang, Pak Kamin baru tiga bulan nikmati gaji Rp1 juta
Anak sehat bisa menjadi apa pun
“Ketika kita memiliki anak-anak sehat, meraka bisa menjadi apapun yang mereka inginkan. Ada yang bisa menjadi dokter, lurah, camat, polisi, tentara, bahkan menjadi wali kota. Selain itu kalau anak kita sehat, kita tidak pusing memikirkan penyakit dan biaya perobatan. Sehingga ketika tua nanti, kita bisa fokus beribadah dan anak-anak kita bisa menjadi investasi dunia akhirat,” kata Hj Susanti Dewayani
Gambaran stunting di Pematangsiantar, disampaikan Hj Susanti Dewayani, ada 136 anak dari data terakhir yang mengalami masalah gizi, yakni di angka 15 persen.
“Angka tersebut, harus bisa diturunkan. Namun upaya penurunan bukan hanya peran pemerintah, sebab yang paling penting adalah peranan orang tua dari anak-anak. Anak yang mengalami kekurangan gizi, sebutnya, ada yang bawaan lahir. Kelainan sejak lahir bisa berpotensi mengalami stunting. Misalkan seorang anak mengalami kelainan jantung, tentunya akan berefek kepada penurunan gizi. Sebab anak mengalami kesulitan mencerna makanan dan asupan gizi anak terganggu,” kata Hj Susanti Dewayani.
Baca juga : Kartoyo dan alumni akan kembalikan kejayaan SMP Negeri 1 Ujung Padang
Tidak bisa nol
Angka stunting ini tidak bisa nol, karena ada anak-anak mengalami kelainan sejak lahir yang berpotensi mengalami stunting. Kemudian ada anak mengalami stunting karena didapat.
Contohnya anak-anak yang mengalami sakit biasanya berperilaku gerakan tutup mulut (GTM) ketika dikasih makan. Anak-anak yang GTM menjadi tanggung jawab ibu-ibu. Misalkan membuat menu makan yang lebih beragam. Agar anak kembali mau makan.
Hj Susanti Dewayani mengatakan, “masalah stunting juga terkait kemampuan finansial orang tua. Sehingga orangtua harus bisa merencanakan jumlah anak. Termasuk dalam menikahkan anak harus bisa direncanakan. Karena sesuai undang-undang, anak bisa menikah harus sudah berusia minimal 19 tahun dan harus sudah siap secara finansial. Apabila rumah tangga mereka nantinya sudah siap secara usia dan finansial, tentunya nanti si Ibu hamil dapat dengan tenang dan berefek kepada kesehatan janin dan melahirkan anak yang sehat. (***)