Jurnalis l Antoni Antra Pardosi
KAWANAN monyet dan babi hutan menyerang lahan perkebunan jagung milik warga di Kecamatan Habinsaran, Kabupaten Toba.
Kejadian tersebut berlangsung sejak beberapa tahun lalu dan semakin tak terkendali dalam tiga tahun terakhir.
Dua hama tersebut datang bergantian, monyet menyerang pada siang hari ketika jagung berusia dua bulan, sedangkan babi hutan pada malam hari ketika jagung masih berusia satu bulan.
“Padahal, tanaman jagung tumbuh subur dan harganya terus melambung, belum lagi memikirkan tingginya harga pupuk,” kata Tinggi Pardosi, salah seorang warga Dusun Jongginihuta, Kamis (03/06/2022).
Baca juga : 36 tahun mengabdi di SMP Negeri 1 Ujung Padang, Pak Kamin baru tiga bulan nikmati gaji Rp1 juta
Mengakibatkan kerugian besar
Kerugian yang dialami petani akibat serangan kedua hama tersebut tidaklah main-main, bisa mencapai ratusan juta rupiah dalam setahun.
Kebun jagung Tinggi Pardosi misalnya, dari lahan seluas sekitar 6 rante atau 14.400 meter persegi setidaknya mampu menghasilkan uang Rp4,5 juta. Namun, akibat serangan monyet dan babi hutan dia pernah mengalami kerugian Rp3 juta, dengan demikian hanya menyisakan Rp1,5 juta saja.
“Boleh dikatakan saya merugi dengan menghitung biaya pembelian bibit, pupuk, pembasmi hama, dan perawatan lainnya,” ungkapnya.
Tinggi Pardosi adalah satu di antara ratusan petani jagung khususnya yang lokasi lahannya berdekatan dengan hutan.
Hasil pengamatan Segaris.co di beberapa kawasan pertanian seperti Sileangleang, Bungus, Siduadua, Golatbidang, Ubor, Sabahuala, dan Rambapalia hampir semuanya mengalami nasib yang sama.
Begitu juga halnya dengan kawasan pertanian lainnya di sejumlah desa di Kecamatan Habinsaran serta dua kecamatan tetangga, yaitu Borbor dan Nansau.
Antisipasi
Sejauh ini, upaya yang bisa dilakukan petani hanya menjaga agar monyet dan babi hutan tidak memasuki kebun.
Mengatasi serangan babi hutan dilakukan dengan memasang tumpukan api unggun, ronda dengan menginap di gubuk, memasang jerat, serta diburu dengan cara menggunakan golok, tombak, dan senapan angin.
“Babi hutan sudah mulai berkurang namun monyet masih tetap merajalela,” ujar petani lainnya, Lamhot Pardosi.
Terdesak
Menurut pengamatan Segaris.co, maraknya serangan monyet terhadap perkebunan warga erat kaitannya dengan pengalihan lahan hutan menjadi perkebunan seperti kelapa sawit, eucalyptus, kopi, jagung, dan penebangan pohon yang tidak terkendali.
Pengalihan fungsi lahan dan penggundulan hutan dengan sendirinya mempersempit tutupan luas habitat monyet, dan itulah sebabnya kawanan monyet nekat mendatangi perkebunan jagung untuk mencari makanan.
Di sisi lain, pelepasliaran sejumlah monyet oleh pihak kehutanan dan konservasi beberapa tahun terakhir juga turut meningkatkan populasi monyet di kawasan ini. (***)