BEDA dengan pelaksanaan Olimpiade Sains Nasional (OSN) di kecamatan lain yang diekspos segaris.co, Koordinator Wilayah Pendidikan Kecamatan Gunung Malela, hanya menyertakan 1 siswa perwakilan dari 24 SD Negeri dan Swasta, sementara di kecamatan lain, setiap sekolah mengutus 3 siswa.
“Untuk persiapan keikutsertaan ke OSN Kabupaten di Pematang Raya pada Juni mendatang, kami menggelar OSN tingkat Kecamatan Gunung Malela yang diikuti 24 siswa kelas V dari 24 SD Negeri dan Swasta. Setiap sekolah hanya mengutus satu siswa.”
Hal tersebut disampaikan Koordinator Wilayah Pendidikan Kecamatan Gunung Malela, Dinas Pendidikan Simalungun, Kartoyo pada acara Olimpiade Sains Nasional (OSN) di SD Negeri 098017 Nagori Bangun, Kecamatan Gunung Malela, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, Kamis (19/05/2022).
Baca juga : Avisa Nabila, Depha Geraldus Sirait dan Diva Asmita mewakili Kecamatan Gunung Malela ke OSN Kabupaten
“Kami putuskan satu siswa utusan dari setiap sekolah, karena waktu yang sudah sangat mendesak. Kemudian, kami ingin tiga siswa yang terpilih untuk perwakilan Gunung Malela ke OSN Tingkat Kabupaten, ketiganya menguasai tiga bidang pengetahuan yakni Matematika, IPA dan pengetahuan umum,” kata Kartoyo secara khusus kepada segaris.co.
Kenapa demikian? Karena, dengan ketiganya menguasai tiga bidang pengetahuan, secara bersamaan mereka dapat mengambil inisiatip menekan bel lebih dulu.
Para siswa kelas V SD yang diutus sekolah untuk berlomba di OSN Kecamatan Gunung Malela, adalah juara pertama dari sekolah masing-masing.
Baca juga : Ruswanto: “OSN titik awal peningkatan kualitas pendidikan di Simalungun”
OSN bangun kebersamaan
Menurut Kartoyo, OSN adalah salah satu dari upaya peningkatan kualitas pendidikan, terkhusus bagi anak didik di Kecamatan Gunung Malela, dan secara umum Kabupaten Simalungun.
“Melalui OSN, kita bangun rasa kebersamaandalam meningkatkan kualitas pengetahuan anak didik, dan kualitas pendidikan di Kabupaten Simalungun,” kata Kartoyo.
Menurut Kartoyo, masa pandemi Covid-19 yang dihadapi hampir 2 tahun lebih, sangat berdampak pada kesinambungan proses belajar mengajar di sekolah.
“Kita mengalami keterbatasan untuk melakukan evaluasi belajar mengajar, karena tidak dapat dilakukan tatap muka. Saat ini, kita sudah mendapatkan kembali suasana tatap muka, dan OSN yang sedang dilaksanakan, adalah pintu masuk untuk menggiatkan kembali proses belajar mengajar,” kata Kartoyo. (Ingot Simangunsong/*)