Oleh | Albertus Patty
Kadang-kadang negara-negara Barat agak aneh dalam melindungi kebebasan berekspresi. Salah satu keanehan itu terjadi di Swedia.
Holy criminal, kejahatan berdalih kesucian agama
Alasan tindakan Rasmus Paludan di Linkoping, Swedia melakukan pembakaran kitab suci Al Quran adalah kebebasan berekspresi.
Bila kebebasan berekspresi yang vulgar dan tanpa batas seperti ini dibiarkan negara, orang bisa bebas membakar Kitab Suci. Orang juga bebas membakar rumah ibadah umat lain. Ini kebebasan berekspresi yang bodoh.
Menurut saya tindakan vulgar dan biadab itu bukan lagi kebebasan berekspresi. Tindakan itu menjurus ke anarkisme, suatu situasi tanpa negara.
Artinya tanpa aturan dan peraturan. Yang ada adalah hukum rimba. Semua menjadi musuh terhadap semua.
Baca juga: Melihat Pertunjukan Teatrikal Penyaliban Yesus Kristus di Parsoburan Toba
Swedia dan Gereja Orthodox Rusia sama saja
Atau bila tindakan biadab atas nama kebebasan berekspresi seperti ini dilindungi negara, cepat atau lambat, konflik antar umat beragama akan meledak.
Dikhawatirkan konflik antar umat meledak bukan saja di Swedia, tetapi juga di seluruh penjuru dunia. Lingkaran kebencian semakin diperkuat.
Orang-orang ‘sumbu pendek’ dengan penghayatan keagamaan seperti Rasmus Paludan akan terpicu untuk melakukan aksi vulgar yang sama.
Tindakan Rasmus Paludan mencerminkan fenomena penghayatan keagamaan yang radikal, hegemonik, polaristik dan teroristik. Kekerasan diagungkan bahkan disakralkan. Holy Criminal! Cinta dan solidaritas, yang menjadi substansi agama, malah dienyahkan.
Baca juga: UGM BERDUKA: Kadrun dan PILREK UGM 2022
Holy war
Fenomena seperti itulah yang sekarang terjadi juga di Eropa Timur. Gereja di Rusia justru mendukung penuh invasi Putin ke Ukraina. Di saat jutaan rakyat Ukraina menderita dan mati, pimpinan gereja di Rusia justru menahbiskan invasi brutal yang biadab itu sebagai Holy War, perang suci
Homo homini lupus, manusia menjadi serigala bagi manusia lainnya
Penghayatan keagamaan seperti Rasmus Paludan dan gereja Rusia berada di luar nalar peradaban kita semua. Pola penghayatan seperti itu menciptakan dehumanisasi terhadap umat lain, dan bahkan terhadap diri sendiri.
Manusia beragama kehilangan kontrol atas nuraninya. Mereka tidak menjadi semakin manusiawi. Sebaliknya, berubah menjadi homo homini lupus, serigala terhadap sesamanya.
Oleh karena itu, saya dan saya percaya umat Kristen Indonesia, mengutuk keras aksi biadab yang dilakukan Rasmus Paludan maupun pengabsahan invasi biadab yang dikumandangkan gereja di Rusia.
Moga pemerintah Swedia dan negara-negara mana pun di dunia, bertindak tegas terhadap para polusi dan racun serta virus agama seperti Rasmus Paludan. Dan moga gereja di Rusia bertobat menjadi semakin manusiawi.
Pecah Kopi, 19 April 2022