USAI melakukan kunjungan silaturahmi di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, melanjutkan perjalanan ke Negeri Sermbi Mekah, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Minggu (10/04/2022).
Di rumah Rektor Universitas Malikussaleh (Unimal) Aceh, Prof. Dr. Herman Fithra, Ganjar Pranowo diberi gelar kehormatan Teuku oleh masyarakat Aceh.
Ketua Majelis Adat Aceh Kota Lhokseumawe, M Jalil Hasan memimpin acara tersebut, dengan menyematkan kepiah mekeutob dan rencong kepada Ganjar Pranowo.
Jalil Hasan menjelaskan, dalam adat Aceh, ritual ini dinamakan peusijuek yang dilakukan masyarakat Aceh ketika kedatangan tamu agung atau tokoh-tokoh yang dinilai berjasa dalam memajukan bangsa. Artinya, tidak semua tamu bisa mendapat gelar ini.
Membangun Jawa Tengah
Sementara itu, Herman Fithra yang dikukuhkan sebagai guru besar bidang transportasi, menyebutkan pemberian gelar Teuku kepada Ganjar Pranowo telah melalui proses rembug sebelumnya.
“Kami dengan beliau Ketua Majelis Adat Aceh Kota Lhokseumawe, berembug memberi gelar kepada Bapak Ganjar Pranowo, kita melihat sepak terjang beliau dalam membangun Indonesia khususnya Jawa Tengah,” kata Herman Fithra, Minggu (10/4).
Herman Fithra mengemukakan, pada zaman penjajahan, rencong yang digunakan dalam ritual peusijuek diartikan sebagai bentuk perlawanan terhadap Belanda.
Pemberian rencong kepada Ganjar Pranowo dimaknai sebagai bentuk semangat dalam membangun Indonesia, khususnya dalam memimpin Jawa Tengah.
“Walaupun dengan rencong yang kecil, punya semangat yang besar untuk mengusir penjajah. Artinya hari ini diartikan semangat yang besar untuk membangun bangsa ini, memberantas kemiskinan di Indonesia. Kita percaya dengan kemampuan beliau, itu bisa diwujudkan nantinya,” kata Herman Fithra.
Herman menilai Ganjar sebagai sosok pemimpin yang memiliki kedekatan dengan semua golongan tanpa memandang status sosial. Herman juga bilang, jarang tokoh bangsa yang seperti Ganjar.
“Yang saya rasa dan semua orang rasa, beliau sangat humble dan sangat dekat dengan semua lapisan tanpa melihat status sosial. Ini sebenarnya yang kita harapkan tokoh-tokoh bangsa punya karakter seperti ini, karena itu, kita sepakat memberikan gelar, Teuku Ganjar Pranowo,” kata Herman Fithra. (***)