KETUA Kwarda Provinsi Jawa Tengah, Siti Atikoh Ganjar Pranowo mengatakan, salah satu tindak nyata kepedulian terhadap masyarakat, adalah dengan membentuk Pramuka Peduli.
Dijelaskan Siti Atikoh, gerakan Pramuka Peduli, merupakan wujud dharma bhakti nyata, seperti penanaman pohon setiap kali kegiatan. Adapula edukasi pengolahan sampah, dan kegiatan kemanusiaan lainnya.
“Di Kwarda dan Kwarcab gerakan Pramuka Peduli telah terbentuk. Kami juga memfasilitasi Kwarcab untuk membentuk pula di tingkat Kwaran. Selain itu, Pemprov Jawa Tengah menyokong dengan APBD yang kemudian untuk memfasilitasi Kwarcab, guna melakukan kegiatan yang bermanfaat,” kata Siti Atikoh, saat sarasehan dalam rangka peringatan Hari Bapak Pramuka Indonesia, yang diselenggarakan Kwarda DI Yogyakarta, Minggu (10/04/2022).
Selain Pramuka peduli, kata Siti Atikoh, ada penguatan Unit Bantu Pertolongan Pramuka (Ubaloka). Penguatan itu dilakukan dengan menggandeng instansi terkait, guna memberi tambahan pengetahuan kepada pramuka.
Kemampuan yang dilatih di antaranya, penyelamatan (rescuing), mountaineering (pengetahuan pendakian) dan mitigasi bencana.
Selain itu, Ubaloka banyak berpartisipasi dalam berbagai tanggap darurat, seperti musibah erupsi Gunung Semeru, tanah gerak di Tegal, dan sebagainya.
“Kami menggandeng Angkatan Darat, Angkatan Laut, Brimob dan BPBD dalam memberi pelatihan kepada Ubaloka. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan adik-adik pramuka,” kata Siti Atikoh.
Selain di dunia nyata, kiprah Pramuka Jawa Tengah juga dilakukan di dunia maya. Terutama pada 2020 dan 2021, di mana pandemi Covid-19 melanda.
Inisiasi Saka Milenial
Di masa tersebut, Pramuka Jawa Tengah tak henti berkegiatan melalui dunia digital. Kesiapan pramuka Jateng terjun di dunia itu bahkan dimulai sebelum pandemi.
“Inisiasi Saka Milenial oleh Ka Mabida (Ganjar Pranowo) dengan membekali Pramuka Penegak dan Pandega kemampuan teknologi informasi, komputer, dan komunikasi, menjadikan kami tidak terlalu gagap di masa pandemi. Tetap ada kegiatan selama pandemi walau berbasis digital,” ujar Siti Atikoh.
Hal ini, membuktikan karya pramuka Jateng tidak terbatas pada zaman. Selain itu, dengan inovasi ini juga mampu menarik minat generasi muda yang ingin bergabung dengan gerakan Praja Muda Karana.
“Ini bukti bahwa edukasi itu berjalan sesuai zamannya. Dan kami akan terus mengabdi tanpa batas, karena setitik bhakti lebih berarti dari sejuta kata,” kata Siti Atikoh.
Gebrakan tersebut, bercermin pada Sultan Hamengkubuwono IX yang dikenal sebagai Bapak Pramuka (Pandu) Indonesia.
Meneladani kiprahnya, Pramuka Jawa Tengah terus bergerak berpegang nilai pengabdian kepada masyarakat.
Kiprah HB IX sebagai pramuka diawali Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) yang pertama, sejak gerakan kepanduan ini diperkenalkan secara resmi di Indonesia tahun 1961.
Selain memperkenalkan Kemah Wirakarya, HB IX juga menerima penghargaan tertinggi kepanduan internasional yakni Bronze Wolf Award. (IS/Diskominfo Jawa Tengah)