BUKAN suatu kebetulan bahwa lagu “Rayuan Pulau Kelapa” menjadi sangat populer di negara kami pada tahun 60-an, dan orang Indonesia menganggap lagu “Panon Hideung” yang digubah di Rusia sebagai lagu mereka.
Hal itu disampaikan Duta Besar (Dubes) Rusia untuk Indonesia, Lyudmila G. Vorobyova sejak 15 Februari 2018, yang menuliskan tentang persamaan dari bahasa antara Rusia dan Indonesia.
Anda mungkin bertanya, untuk apa semua argumen ini? Ini merupakan fakta bahwa, seperti yang Anda lihat, hubungan persahabatan tradisional antara Rusia dan Indonesia tidak hanya didasarkan pada kedekatan pandangan politik tentang apa yang terjadi di dunia, tidak hanya pada keinginan untuk bekerja sama di bidang ekonomi.
Ikatan antara masyarakat kita juga didasarkan pada kesamaan budaya dan bahkan pertalian filologis, di mana tidak ada tempat untuk merasa superioritas atau pun tidak setara.
Kalau dipikir, apa persamaan dari suatu bahasa yang sangat berbeda, seperti bahasa Rusia dan Indonesia? Rusia dan Indonesia sendiri letaknya terpisahkan ribuan kilometer, mereka juga berada di belahan bumi yang berbeda.
Bahasa negara kedua negara juga berasal dari rumpun bahasa yang berbeda, rumpun bahasa Rusia adalah Slavia sedangkan rumpun bahasa Indonesia adalah Austronesia.
Sansekerta benang merah dialek
Meskipun begitu, terdapat hal yang mempersatukan keduanya. Apakah itu? Mungkin pembaca Indonesia akan terkejut mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut. Jawabannya adalah bahasa Sanskerta.
Ya, memang benar, Sanskerta merupakan bahasa India kuno, ribuan tahun silam menjadi bahasa yang dipergunakan bangsa Arya yang misterius dan juga bahasa dalam tulisan wiracarita (sastra kuno) India “Mahabharata”, Sanskerta-lah yang menjadi benang merah dialek yang bila sekilas dilihat dari pelafalannya adalah sangat berbeda jauh.
Lalu bagaimana itu semua terjadi? Pasti itu yang menjadi pertanyaan Anda. Saya akan jawab.
Di Indonesia, penjelasan mengenai pengaruh budaya Hindu terhadap tradisi maupun bahasa nusantara bukan suatu hal baru yang membutuhkan penjelasan secara rinci.
Tetapi jarang yang mengetahui fakta bahwa bahasa Rusia di antara semua bahasa yang digunakan saat ini, menurut pendapat para ilmuwan adalah bahasa yang paling mendekati Sanskerta.
Fenomena ini dapat dijelaskan melalui “teori kutub” yang menjabarkan bahwa bangsa Arya sebagai bangsa pembawa bahasa Sanskerta, datang ke India sekitar 4 milenium yang lalu dari wilayah Utara Rusia.
Perubahan iklim secara drastis menyebabkan mereka meninggalkan tempat asal mereka, mengubah tanah mereka yang dulunya subur menjadi gurun salju.
Raja kera “Hanoman”
Saya akan memberikan suatu argumen menarik yang mengkonfirmasi hal tersebut. Bagi mereka yang sangat mengenal wiracarita India kuno “Ramayana”, mereka betul-betul memahami bahwa salah satu tokoh utama cerita tersebut adalah raja kera “Hanoman”.
Pada umumnya kera tersebut digambarkan berwarna putih. Tetapi dalam kehidupan nyata kera putih hampir tidak bisa ditemui.
Sehingga, mungkinkah Hanoman merupakan representasi atas kenangan di Utara, yang dimaksud sebenarnya adalah beruang kutub yang berwarna putih?
Dikarenakan iklim udara India yang panas, konsep beruang putih dilupakan oleh generasi baru, mereka memilih merepresentasikannya menjadi monyet, yang lebih familiar.
Desa menjadi Zdes di Rusia
Bila kita kembali ke padanan filologis. Semua orang Indonesia mengenal kata “desa”, yang dapat diartikan sebagai “desa” ataupun “pemukiman”.
Akar kata tersebut berasal dari bahasa Sanskerta, sehingga banyak ditemui di bahasa-bahasa modern di wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara, mereka mengartikannya sebagai “wilayah” ataupun “negara”.
Contohnya di negara Bangladesh – artinya adalah “negara Bangla” dan di India negara bagian “Uttar Pradesh” yang artinya adalah “wilayah Uttar”.
Dalam bahasa Rusia kami menggunakan kata tersebut dalam keseharian kami dengan sedikit modifikasi yaitu “Zdes’ ” atau “se desa” yang artinya “tempat ini”.
Contoh nyata lainnya adalah kata “bahasa” juga berasal bahasa dari Sanskerta, banyak digunakan di seluruh Asia Tenggara.
Bahasa Laos dan Thailand sangat dipengaruhi oleh bahasa Sanskerta, pelafalannya adalah seperti “phasa”.
Di Rusia, kita tahu kata berakar tunggal “basnya”, yang memiliki arti asli dari cerita lisan, dan kemudian diubah menjadi karya puitis yang bersifat moral.
Hubungan kesamaan budaya, tidak boleh ada superioritas
Dan tentu saja, orang tidak dapat mengabaikan kesamaan mencolok antara kata dalam bahasa Indonesia “saudara” dan dalam bahasa Rusia “sudar” yang memiliki arti “tuan”, kata “bapak” di Indonesia dan “papa” di Rusia, yang memiliki arti “ayah”. Dan di sini akar bahasa Sanskerta terlihat dengan jelas.
Anda mungkin bertanya, untuk apa semua argumen ini? Ini merupakan fakta bahwa, seperti yang Anda lihat, hubungan persahabatan tradisional antara Rusia dan Indonesia tidak hanya didasarkan pada kedekatan pandangan politik tentang apa yang terjadi di dunia, tidak hanya pada keinginan untuk bekerja sama di bidang ekonomi.
Ikatan antara masyarakat kita juga didasarkan pada kesamaan budaya dan bahkan pertalian filologis, di mana tidak ada tempat untuk merasa superioritas atau pun tidak setara.
By: #DulurGanjarPranowo