Oleh | Iqb@l M@ngun S@rwoto
KALIMAT itu diungkapkan Basuki Tjahaja Purnama (BTP) atau lebih dikenal Ahok, dengan maksud mengingatkan agar para politikus busuk, konglomerat hitam, penjahat politik dan para begundal politik, berhenti merasa bahwa negara ini seakan-akan milik mereka.
Ahok juga melalui kalimat pengingat tersebut ingin menyampaikan, bahwa dirinya sangat dan sangat memahami ruang gerak para politikus busuk, konglomerat hitam, penjahat politik dan para begundal politik, yang lebih mementingkan diri sendiri, golongan dan kelompok tertentu.
Bukan bergerak untuk Indonesia lebih tangguh dan semakin sejahtera. Melainkan, bergerak layaknya gurita, hanya tampil bonggol kepala di permukaan, tetapi organ tubuh di bawah menggerogoti isi perut bumi negeri ini.
Emangnye negara ini punya Nenek Loe !!!
Apa yang disampaikan Ahok, menjadi sesuatu yang memiliki relevansi kuat pada masa kekinian negeri ini.
Ahok — tentunya — tidak asal nyeplak untuk melontarkan kalimat tamparan tersebut. Ahok — dengan latar belakang pengusaha dan birokrat — tentu bicara dengan kelengkapan data serta dibalutbungkus rasa nasionalisme. Membela bangsa adalah kepentingan tertinggi yang sangat patut dirawat dan digegapgempitakan.
Relevansi kalimat tegas Ahok tersebut sesungguhnya sangat pas dilepaskan ke arah para pesahwat politik yang sedang berhalunisasi menunda Pemilu Serentak 2024 dan sedang memaksakan skenario Presiden Jokowi 3 periode mengatasnamakan rakyat (yang mana???). Padahal Jokowi sudah berulangkali menyatakan sikap, “sudah cukup… dan taat konstitusi”.
Ahok yang sudah “duduk” dalam lingkaran kader PDI-Perjuangan yang dipimpin Megawati Soekarnoputri menjadi semakin mengentalkan jati diri dengan kalimat kunci “Emangnye negara ini punya Nenek Loe!!!”
Butuh kekuatan penampar
Bangsa ini, sudah sangat membutuhkan lahirnya anak-anak bangsa yang memiliki kekuatan “penampar”.
Terkhusus “menampar” para politikus busuk, konglomerat hitam, penjahat politik dan para begundal politik, yang lebih mementingkan diri sendiri, golongan dan kelompok tertentu.
Ahok is a really “The Good Politcian”, telah memulai dengan kalimat pengingat “Emangnye negara ini punya Nenek Loe!!!”
Kalimat tamparan ini, patut dibumikan untuk menguatkan rasa kebangsaan. Agar para penganut politik kebablasan dapat tapakur dan sadar atas kealpaan.
Kemudian menjadi paham bahwa “Emangnye negara ini punya Nenek Loe!!!”, adalah sebuah kalimat pengingat bahwa negara adalah milik bersama dalam asas musyawarah mufakat untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.
Sudah tidak masanya lagi mengatasnamakan rakyat tanpa melampirkan data yang kuat. Harus jelas rakyat yang mana?
“Emangnye negara ini punya Nenek Loe!!!”
Ahok punya cara untuk mengingatkan bagaimana berbangsa yang santun dan beretika. (*****)