Syirik, Khurafat, Bid’ah, Klenik???
Termasuk hal yang sangat dianjurkan dalam Islam adalah Attafa’ul ( التفاؤل ), maknanya berfikir/merenung yang baik-baik, dalam bahasa Jawa disebut NGEPAL APIK, dalam bahasa Melayu dan Aceh dikenal istilah SEMPENA, dalam bahasa umum sering disebut dengan OPTIMISTIK.
Memang salah satu ciri khas Al Aqiidah Al Islamiyyah adalah sifat dan pandangan optimistis dalam segala hal dan keadaan. Hal itu terpatri dalam rukun iman yang keenam yaitu percaya dan Yaqin terhadap QODLO’ DAN QODAR…ALLAH SWT (ketentuan dan ketetapan Allah SWT).
Keyakinan terhadap Qodlo dan Qodar merupakan syarat mutlak dan pondasi untuk menjadi pribadi yang optimistik, jangan kita terbawa pada slogan ‘Awwam yang berkata : Ngapain capek-capek berusaha, kalau sudah takdir kan tak kan ke mana??? Ungkapan ini secara eksplisit seolah benar, tetapi secara implisit mengandung isyarat ke PUTUS ASAAN, padahal Allah SWT telah berfirman:
….أنه لا يياس من روح الله الا القوم الكافرون ,،( يوسف : ٨ )
….”Sesungguhnya tidaklah berputus asa dari rahmat- Nya Allah SWT, kecuali orang-orang kafir.(QS: Yusuf: 87 ).
Baginda Nabi Muhammad SAW bersabda:
لا عدوى ولا طيارة ويعجبني الفاءل، قالوا يا رسول الله وما لفاءل قال : كلمة طيبة… ( رواه البخاري )
“Tidak ada penularan penyakit (kecuali atas izin Allah SWT), tidak ada mereka-reka kesialan, dan aku menyukai Al fa’ lu, para sahabat bertanya: apa alfa’lu wahai Rasulullah? Nabi SAW bersabda: kalimat-kalimat yang baik/optimistis (HR. al-Bukhari).
Dalam banyak kesempatan dan keseharian Baginda Nabi Muhammad SAW, beliau sering kali mencontohkan Tafa’ul dalam bentuk ucapan, isyarat dan tindakan di antaranya:
1. Nabi SAW membalik rida/selendang pada saat khutbah sholat istisqa’ (sholat minta hujan) dengan harapan mudah-mudahan kondisi kemarau ini segera diubah/ diganti dengan hujan yang membawa kesejahteraan.
2. Nabi SAW melarang untuk memecah atau meremukkan tulang hewan aqiqah (sapi, kambing dll) dengan harapan semoga sang anak selalu sehat wal Afiyah lahir bathin.
3 Nabi SAW menganjurkan memasak hewan sembelihan aqiqah dengan rasa yang ada manis-manis dengan harapa n semoga akhlaq dan pekerti sang anak kelak baik, manis untuk sesama.
4. Nabi SAW menjampi orang sedang sakit dengan membaca surat Al mu’awwidzaat (Al Ikhlas, Al Falaq, Annaas) lalu meniupkan/ menghembuskannya ke orang yang sakit, dengan harapan semoga sakit dan penyakit yang ada segera sirna di bawa angin yang berhembus.
5. Rasulullah SAW suka dengan menganankan/ memulai sesuatu dengan sebelah kanan, dengan harapan semoga kelak menjadi ashabul Yamin dan golongan yang menerima catatan dengan tangan kanan.
6. Rasul SAW juga pernah bertafa’ul dengan nama seorang sahabat yang bernama Suhail, lalu beliau SAW berujar: sungguh, semoga Allah SWT senantiasa memudahkan segala urusanmu.
Dan banyak contoh-contoh Tafa’ul Nabi SAW yang terekam dalam kitab-kitab hadits dan secara panjang lebar sudah dijelaskan para ulama kita.
Sengaja memantik perdebatan publik
Apa kaitan dengan prosesi SIMBOLIS Penyatuan tanah dan air yang dibawa oleh masing-masing kepala daerah dari daerahnya masing-masing untuk disatukan di lahan IKN yang dipimpin langsung Bapak Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo???
Banyak statemen- statement yang prematur dan terkesan sengaja memantik perdebatan publik, khususnya di masyarakat awam, dan juga memicu konflik horizontal di akar rumput, bahkan ada yang menyebut hal itu syirik, khurafat, klenik dan lain-lain…والعياذ بالله من ذلك.
Sungguh apa yang dilakukan Pak Presiden dan pemerintah secara umum adalah bukan hal terlarang dan haram untuk dilakukan!!! Bahkan sangat dianjurkan (mustahab) dalam agama, sebagaimana contoh-contoh yang telah diuraikan di atas, hal itu lazim disebut TAFA’UL.
Saya pribadi sangat yaqin bahwa spirit dan tujuan acara prosesi SIMBOLIS itu sangat positif, yaitu memberikan pesan moral dan do’a bahwa Indonesia ke depan bisa bersatu kembali dalam wadah yang disebut NUSANTARA sebagaimana yang dicita-citakan para the founding fathers.
Kalau kita melihat lebih luas lagi bahwa Tafau’l itu bukan hanya dilegitimasi oleh syariat agama tetapi bahkan sudah menjadi kearifan lokal pada tiap-tiap daerah dan suku di Nusantara ini dengan berbagai bentuk dan karakternya.
Sebut saja di adat Melayu ada TEPUNG TAWAR, PULUT KUNING dan lain-lain, di Jawa ada NYADRAN, SIRAMAN, di Minangkabau ada MANDI BALIMAU dan lain-lain, begitu juga daerah dan suku yang lainnya. Di samping hal itu menjadi adat tetapi di dalamnya ada unsur TAFA’UL yang sejalan dengan nilai-nilai agama Islam.
Selalulah untuk berfikir waras dan obyektif
Sebagai tambahan referensi tentang Tafa’ul ini, silahkan baca Kitab DAQOIQUL AKHBAR karangan Assyeikh Abdurrahim bin Ahmad AL-Qadhi, beliau menyebutkan riwayat penciptaan Nabi Adam as, bahwa Nabi Adam as diciptakan Allah SWT dari unsur- unsur tanah daerah yang punya karakter berbeda- beda di atas muka Bumi ini…?
Pertanyaannya adalah, apakah Allah SWT tidak mampu mencipta Nabi Adam As hanya dari satu unsur tanah?
Jawabannya, tentunya Allah SWT maha mampu untuk melakukannya, hanya Allah SWT ingin mengajarkan kepada kita tentang makna TAFA’UL dan KEBERAGAMAN.
(Mari hentikan setigmasisasi negatif terhadap para pemimpin-pemimpin kita, dan selalulah untuk berfikir waras dan obyektif dalam menilai suatu persoalan).
Perlu diketahui, bahwa saya bukan Timses atau Penasehat Pak Jokowi ketika pemilihan Presiden. Saya bukan afiliasi ke parpol mana pun dan alhamdulillah saya juga belum pernah menikmati bantuan PKH, BLT dan lain-lain, saya menyampaikan hal ini murni karena merasa sedih kenapa orang-orang awam, masyarakat bawah, selalu dicekoki dengan amarah dan kebencian terhadap Pemimpinnya. Siapakah gerangan aktor intelektual di balik fenomena ini.??? والعياذ بالله من ذلك.
Wallahu a’lam bisshowaab.
Medan, 15 Maret 2022,
Penulis AlFaqiir Akhmad Khambali