“Saya tonton naskah dramamu, bagus ya”
SUNGGUH, di luar dugaan saya. Ternyata Pak GM meluangkan waktunya juga untuk menonton siaran TVRI Stasion Medan. Terkhusus acara drama Mimbar Kristen.
Saya salah seorang dari sekian banyak penulis naskah drama Mimbar Kristen, yang sudah diberi jadwal untuk mempersiapkan naskah di tahun 1987-1989.
Di lingkungan karyawan, termasuk sesama wartawan, saya tidak pernah bercerita, kalau saya ada kerjaan sampingan, menulis naskah drama Mimbar Kristen.
Kenapa? Karena ada rasa takut, kalau kerja sampingan itu sampai ke Pak GM, saya akan diminta menentukan pilihan atau setidaknya mendapatkan ganjaran apalah.
Malam itu, selesai mengerjakan tugas buat berita, saya turun dari lantai 3 untuk nongkrong di warung kopi sebelah kantor SIB, Jalan Brigjen Katamso 54 ABCD, Kota Medan.
Ketika menuruni anak tangga menuju lantai 1, saya berpapasan dengan Pak GM yang berjalan menaiki anak tangga menuju ruang kerjanya di lantai 2.
“Selamat malam, Pak.”
“Malam… sudah selesai kerjaanmu.”
“Sudah Pak.”
Pak GM melanjutkan langkahnya, dan saya agak merapat ke dinding, memberi ruang gerak kepada Pak GM.
Beberapa langkah, Pak GM menghentikan langkahnya dan memanggil saya.
“Andreas!!!”
“Ya. Pak.”
“Kamu menulis naskah drama Mimbar Kristen di TVRI.”
Waduhhhhh…. Habislah saya. Namun, tak mungkin tidak jawab. Apalagi berkelit.
“Benar Pak.”
“Semalam saya sama Ibu menonton naskah drama karyamu. Bagus ya.”
“Terimakasih Pak.”
“Teruskan ya. Saya senang.”
Pak GM melanjutkan langkah. Perasaanku plong campur aduk dengan rasa gembira.
Ada dua hal yang saya dapat dari pertemuan luar biasa, malam itu.
Pertama, ternyata tidak seseram yang ada di dalam benak saya, ketika Pak GM mengetahui bahwa saya menulis naskah drama untuk acara Mimbar Kristen di TVRI Stasion Medan.
Pak GM malah merasa senang karena dapat menikmati hasil karya saya yang menurutnya bagus.
Kemudian memberi sinyal bagi saya untuk melanjutkan menulis naskah drama. Luar biasa!!!
Kedua, ternyata Pak GM yang kelihatan senantiasa sangar dan selalu keras ketika menyampaikan penilaian apa pun.
Bahkan ketika sudah pada klimaksnya, menyebut siapa pun dengan kata “you” dan “latteung”, ternyata memiliki sisi luar biasa ketika memuji dan mengkui kelebihan orang lain.
“Semalam saya sama Ibu menonton naskah drama karyamu. Bagus ya. Teruskan ya. Saya senang.”
Kalimat yang disampaikan Pak GM tersebut bagi saya, adalah hal yang sangat sulit didapatkan.
Dengan tercetuskannya kalimat tersebut, saya merasa sangat beruntung sekali mendapatkan pujian dari Pak GM sang guru jurnalistik dan mental bagi seluruh pasukannya.
Saya memaknai di balik tampang Pak GM yang sangar, tersembunyi kebaikan dan ketulusan dalam memuji kelebihan atau talenta orang lain.
Kalau sudah memang saatnya menyampaikan pujian, Pak GM akan melakukannya tanpa batasan waktu dan batasan usia orang yang dipujinya.
Terimakasih Pak GM yang telah memberikan kesempatan bagi saya? menjadi bagian dari keluarga besar Harian SIB.
Terimakasih Pak GM yang telah menempah kualitas jurnalistik dan mental saya, sehingga saya dapat tampil di dalam berbagai situasi, dan jaman.
Yang terkhusus, terimakasih untuk pujian, yang sebenarnya sangatlah kecil kemungkinan Pak GM sampaikan kepada saya.
By Ingot Simangunsong