Kamu Bukan Pemred, Seharusnya Buat Catatan
TAHUN 1987, pesta demokrasi Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah diselenggarakan secara serentak pada tanggal 23 April 1987 untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD Tingkat I Provinsi maupun DPRD Tingkat II Kabupaten/Kotamadya) se-Indonesia periode 1987-1992.
Pak GM memimpin rapat kerja seluruh wartawan Harian SIB se-Indonesia. Pada rapat tersebut, Pak GM mengingatkan, bahwa Harian SIB sudah dua kali mendapatkan teguran dari pemerintah melalui Departemen Penerangan RI yang dipimpin H Harmoko.
Pak GM mengingatkan kami, agar lebih waspada dan hati-hati dalam menulis berita terkait kampanye para calon anggota legislatif. Karena, jika terjadi kesalahan yang ketiga kali, Harian SIB akan dibredel atau ditutup.
Maraden Panggabean
Saat masa kampanye mulai digelar, saya mendapat penugasan dari Pak GM untuk liputan khusus kampanyenya Jenderal Maraden Panggabean, dimana pun itu.
Maraden Panggabean adalah juru kampanye nasional dari Partai Golongan Karya (Golkar).
Ketika kampanye di Kota Sidikalang, Kabupaten Dairi, Maraden Panggabean dengan penuh semangat menyampaikan tentang adanya kelompok tertentu yang sudah mempersiapkan “Kabinet Bayangan”.
Maraden Panggabean menyampaikan, bahwa kabinet yang dimaksud merupakan struktur kementerian dengan menyebutkan nama-nama yang akan menduduki posisi menteri.
Sesampainya di kantor redaksi SIB, Jalan Brigjen Katamso Medan, sembari mempersiapkan diri untuk membuat laporan hasil liputan, saya renungkan apa yang disampaikan Maraden Panggabean dalam kampanyenya.
Atas pertimbangan pesan yang disampaikan Pak GM—terkait peringatan dari Departemen Penerangan RI—saya tidak memasukkan soal kabinet bayangan dalam laporan liputan kampanye tersebut.
Usai membuat laporan dan sudah diserahkan kepada redaktur almarhum Arifin Siregar, kebiasaan saya menonton film di bioskop, untuk menghilangkan rasa penat.
Segera hubungi Pak GM
Setelah itu, saya kembali ke kantor, dan diminta petugas Satpam, untuk menghadap almarhum Arifin Siregar, yang sudah lama menunggu saya.
Almarhum meminta saya untuk segera menghubungi Pak GM yang saat itu—sudah tengah malam menjelang cetak—sedang berada di rumah Jalan Iskandar Muda.
Pak GM menanyakan, apa saja yang disampaikan Maraden Panggabeaan saat kampanye, yang belum saya tuangkan dalam laporan. Saya jawab, ya tentang kabinet bayangan.
“Kamu tahu, bagaimana semangatnya Maraden Panggabean menyampaikan kampanyenya itu kepada saya. Kenapa tidak kamu laporkan,” tanya Pak GM.
Saya jawab, “Saya teringat pesan bapak, untuk menghindari tidak dapat peringatan ketiga dan dibredel karena informasi kabinet bayangan tersebut.”
Dengan nada tinggi—dari seberang telepon—Pak GM berkata: “Kamu bukan Pemred (maksudnya pemimpin redaksi), yang Pemred itu saya. Tugasmu menyampaikan laporan selengkap mungkin, dan saya yang memutuskan laporan diterbitkan atau tidak, karena saya pemred. Kalau pun kamu merasakan ada yang tidak benar, kamu cukup membuat catatan untuk pertimbangan bagi saya.”
Setelah itu, saya diminta Pak GM untuk membuat laporan hasil liputan kampanye Maraden Panggabean, sedetil-detilnya.
Di depan rapat redaksi
Tetapi, masalah tidak selesai sampai di situ. Keesokannya, Pak GM meminta semua redaktur dan wartawan untuk menghadiri rapat redaksi.
Di dalam rapat itu, salah satu agendanya, ya membicarakan apa yang saya kerjakan terkait hasil liputan kampanye Maraden Panggabean.
Saya dipanggil untuk maju ke depan dan berdiri sejajar dengan para petinggi redaksi yang duduk bersama Pak GM. Saya menghadap ke arah teman-teman wartawan duduk.
“Inilah wartawan (maksud Pak GM, adalah saya) yang telah melakukan manipulasi berita,” kata Pak GM kepada seluruh wartawan.
Pada waktu itu, saya tidak merasa tersinggung, walau wajah terasa memerah. Karena malamnya, saya sudah mendapatkan sebuah pelajaran yang sangat berharga tentang tugas dan fungsi saya sebagai seorang wartawan, yakni menyampaikan laporan sebaik-baiknya dan selengkap-lengkapnya.
Saya berpikir, bahwa Pak GM menyampaikan pengetahuan, menyalurkan ilmu kejurnalistikan dan penguatan mental wartawan SIB dengan caranya sendiri.
By Ingot Simangunsong (Andreas Bresman MS)