Oleh | Tito Gatsu
Petualangan Amerika dan CIA
Petualangan Amerika Serikat sepertinya berakhir di Eropa Timur. Kita tau dominasi Amerika Serikat di Timur Tengah ketika selesai menggempur Iraq dan Lybia dengan alasan demokrasi, kemudian apa yang terjadi?
Iraq dan Lybia menjadi negara gagal, dan apakah dengan demokrasi ala Amerika tersebut rakyatnya sejahtera? Sama sekali tidak!
Hingga hari ini, Lybia dan Iraq menjadi negara luluh lantak dan penduduknya saling bertikai.
Kemudian Syria? Untung Syria dibantu Iran dan Rusia sehingga bisa bertahan walau pun masih ada gejolak. Itulah intervensi ala Amerika.
Belum lagi Venezuela yang juga pada akhirnya ditolong Iran, Rusia dan China hingga bisa bertahan dan ekonominya mulai tumbuh!
Itulah ketergantungan kepada TNC Amerika dan Inggris yang sudah lama mendikte Venezuela. Setelah Hugo Chavez memutuskan untuk tidak tunduk kepada Amerika Serikat, memang Venezuela memasuki masa krisis yang lama, lebih dari 10 tahun akibat blokade Amerika Serikat. Tapi sekarang mulai membaik dan mempunyai kemandirian ekonomi.
Negara kapitalis sejati
Amerika Serikat memang negara kapitalis sejati yang tak akan pernah memikirkan negara yang tunduk kepadanya.
Kebijakan politik dan ekonomi Amerika adalah Liberal. Dimana perusahaan -perusahaan swasta di Amerika Serikat memiliki banyak investasi di seluruh dunia dan kebijakan politik Amerika Serikat lebih banyak ditujukan untuk melindungi TNC-nya di dunia.
Jadi peranan pemerintahan di Amerika Serikat lebih banyak ditentukan pihak swasta atau para konglomerat yang bahkan bisa mengendalikan Istana Presiden.
Biasanya para konglomerat ini bekerja sama dengan CIA atau (Central Intelligence Agency).
CIA memiliki tiga aktivitas utama, yaitu mengumpulkan informasi seputar pemerintah asing, perusahaan, dan individu; menganalisis informasi tersebut beserta hasil intelijen dari badan intelijen AS lainnya untuk menghasilkan penilaian intelijen keamanan nasional yang diajukan kepada para pembuat kebijakan senior Amerika Serikat; dan melaksanakan atau mengawasi aktivitas tertutup dan beberapa operasi taktis oleh karyawannya sendiri, anggota militer AS atau mitra lainnya atas permintaan Presiden Amerika Serikat.
Misalnya, CIA bisa memiliki pengaruh politik luar negeri melalui divisi-divisi taktisnya seperti Special Activities Division.
Political mainstream di Ukraina
Seperti kita tahu, mereka biasanya masuk melalui para politikus korup dari mulai presiden hingga parlemen.
Presiden Ukraina, Vladimir Zelensky adalah seorang mantan bintang film dan komedian, bukan mengecilkan arti bintang film tapi euforia demokrasi di Ukraina hampir mirip di Indomesia dari mulai parlemen disana banyak diisi orang yang tidak kompetensi dalam bidangnya karena Ukraina termasuk negara kaya energi dan produsen gandum nomor 2 terbesar di dunia menjadikan nasionalisme bangsa ini kurang baik dan bisa didikte Amerika Serikat.
Amerika Serikat dan negara- negara imperialis seperti Inggris, Belanda dan Italia, mudah akrab dengan para politisi disana tentunya para politisi yang korup dan mereka bisa mengatur semua perpolitikan disana atas nama demokrasi.
Bahkan Zelensky sempat menyatakan akan masuk NATO walau pun dibatalkannya tapi ini menunjukkan bahwa politisi Ukraina sudah dikuasI negara-negara imperialis Barat.
Tapi kali ini Rusia tidak mau kehilangan sekutu yang sekaligus akan menjadi musuh negaranya oleh karenanya mereka langsung mengadakan tindakan defensif menyerang Ukraina.
Betapa bahayanya jika Ukraina dikuasai Amerika Serikat dan melihat negara-negara kaya yang menjadi miskin, seperti di Timur Tengah dan Aghanistan yang pernah menjadi sekutu Rusia juga ketika masih bernama Uni Soviet.
Amerika Serikat munafik
Begitu pula Tiongkok menyalahkan Amerika Serikat karena menciptakan ketegangan yang menyebabkan serangan Rusia pada Kamis (24/02/2022) di Ukraina.
Seperti dilaporkan RT, Beijing lebih lanjut meminta masyarakat internasional untuk menghindari “kepanikan” atas situasi tersebut.
Saat konferensi pers, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Hua Chunying mengatakan pertanyaan kuncinya adalah peran yang dimainkan Amerika, yang dia sebut sebagai “penyebab utama ketegangan saat ini.”
“Jika seseorang terus menuangkan ‘minyak ke api’ sambil menuduh orang lain tidak melakukan yang terbaik untuk memadamkan api, perilaku seperti itu jelas tidak bertanggung jawab dan tidak bermoral. Tiongkok menolak tindakan apa pun yang memicu perang,” tambahnya.
Chunying menuduh Amerika Serikat munafik, menanyakan apakah Washington telah menghormati kedaulatan dan integritas teritorial Irak dan Afghanistan.
Di sana, Chunying mengatakan Amerika Serikat telah “dengan sengaja membunuh orang-orang yang tidak bersalah.”
Dia meminta Amerika Serikat untuk menanggapi pertanyaan ini dengan serius dan tanpa meninggalkan standar ganda.
Menggambarkan peristiwa yang sedang berlangsung sebagai situasi kompleks, Chunying menegaskan bahwa Beijing tidak memberikan dukungan militer ke Rusia.
Dia mengatakan Tiongkok tidak “melompat ke kesimpulan apa pun” atas situasi tersebut.
Chunying meminta semua pihak bekerja untuk perdamaian alih-alih meningkatkan ketegangan atau “memicu kepanikan.
Melancarkan serangan
Presiden Rusia, Vladimir Putin melancarkan serangan militer ke Ukraina pada hari Kamis, yang katanya ditujukan untuk demiliterisasi dan “denazifikasi” negara itu.
Dia menuduh Barat membanjiri Ukraina dengan persenjataan canggih dan meningkatkan kehadiran NATO di negara itu.
Putin beralasan bahwa “operasi khusus” Rusia diperlukan untuk melindungi Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk, yang telah diakui Moskwa sebagai negara berdaulat.
Tindakan militer Rusia telah memicu kecaman internasional dan ancaman sanksi baru berskala besar.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengumumkan pada hari Kamis bahwa Kiev telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Moskwa.
Bersyukur Indonesia dipimpin Jokowi
Jika melihat hal di atas, kita bersyukur memiliki Presiden seorang Jokowi dengan kecerdasannya mampu melepaskan ketergantungan terhadap Amerika karena bersekutu dengan Amerika adalah akan menghancurkan bangsa sendiri.
Masih mau seperti Iraq, Lybia sekarang Afghanistan? Atau Ukraina? Dan di Indonesia semua kaum yang mengaku oposisi itu dibiaya TNC Imperialisme termasuk Amerika Serikat.
Bukan oleh islam. Mana ada islam yang tolol seperti kaum radikalis dan partai milik mantan Presiden juga Partai Orde Baru seperti PKS, jadi pertinggi nasionalisme ayo melek politik dan jangan mau diadu domba demi Indonesia tercinta.
Salam Damai Persatuan dan Cinta Indonesia,