Oleh | Ghozali Muhamad dan Sabar Mangadoe
Dengan terpilihnya KH Yahya Cholil Staquf atau lebih akrab disapa Gus Yahya, salah satu kader ideologis almarhum Gus Dur sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui Muktamar NU di Lampung di penghujung akhir tahun 2021 kemarin, kini PBNU sudah tidak lagi sub-ordinat atau pun “bawahan” dari PKB/Cak Imin.
Kini NU berhubungan setara dengan semua partai manapun. Tidak akan ada Calon Presiden mau pun Calon Wakil Presiden dari PBNU.
Guru ideologis Megawati Soekarnoputri sejak terjun di politik, masuk PDI (kini PDI-Perjuangan) pada tahun 1993, ketika Megawati berusia 45 tahun adalah 2 tokoh yang merupakan sahabat karib, yaitu almarhum Gus Dur dan almarhum Bang Sabam Sirait.
Ekonomi keumatan, ekonomi kerakyatan
NU memperjuangkan ekonomi keumatan, dimana jumlah Nahdliyin diperkirakan sampai 90 jutaan dari 275 juta jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan PDI-Perjuangan memperjuangkan ekonomi kerakyatan.
Subtansi dari ekonomi keumatan dan ekonomi kerakyatan adalah sama. Keduanya sesuai dengan konstitusi Negara Indonesia, yaitu sistem ekonomi sosialis (bukan kapitalis liberal, red).
Kemudian, “NU tidak kemana-mana. Tapi Ada dimana-mana,” sebagai ormas keagamaan besar yang berasaskan Pancasila dan konsistensi tinggi dalam membangun rasa kebangsaan ber-semboyan-kan Bhinneka Tunggal Ika.
Bangkit dan berkembangnya Budaya 714 Suku Nusantara dengan berbagai agama dan keyakinan yang dianutnya. Termasuk didalamnya, melindungi hak dan martabat semua kaum minoritas yang ada.
Salah satu komponen senyawa di dalam perjuangan
Gus Yahya mengatakan, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) bukan hanya sekedar partner dalam memajukan peradaban bangsa. PBNU dan PDI-P punya kesamaan dasar perjuangan yang sama untuk masyarakat.
“Kita ingin berjuang meningkatkan kualitas hidup. Tapi jangan sampai membuat kerusakan terhadap bumi sebagai lingkungan hidup kita dan tatanan hidup itu sendiri,” ujar Gus Yahya saat memberikan sambutan pada perayaan harlah ke-96 PDI-P yang disampaikannya secara virtual pada Sabtu (12/2/2022).
Yang jelas, dalam hal ini PDI-P akan menjadi bukan hanya sekadar partner, tapi akan menjadi salah satu komponen senyawa di dalam perjuangan.
Berjalan beriringan
Dalam perjuangannya, PBNU memiliki semangat ‘Merawat Jagat’. Artinya, jangan sampai membuat kerusakan-kerusakan di muka bumi ini apalagi melakukan penghacuran-penghacuran.
Jika ada yang dirasa belum sempurna, Gus Yahya mengajak bersama-sama untuk memperbaikinya dengan strategi menyempurnakan bukan dengan saling merusak. Inilah prinsip yang ingin ditegakkan NU ke depan.
Hal inilah yang menjadi dasar PDI-P bisa berjalan beriringan dengan PBNU. Dan tentu jika keduanya konsisten, akan membawa dampak baik bagi bangsa dan negara. Selama kedua belah pihak setia kepada semangat dasar ini maka akan terus terjadi sinergi.
Mudah-mudahan membawa kemaslahatan yang besar untuk bangsa, negara, dan untuk kemanusian, kata Gus Yahya.
Bravo NU, Bravo Gus Yahya demi Indonesia tangguh, Indonesia tumbuh dan Indonesia maju.
Penulis, Ghozali Muhamad (Pembina DPP DGP), Sabar Mangadoe, Penasehat DPP DGP dan Founder Yayasan Gerakan Kebajikan Pancasila