Oleh | Tito Gatsu
Pancasila yang diselewengkan
Seorang yang tidak pancasilais versi Orde Baru bisa diartikan tak sepaham dengan pemerintah saat itu, tak akan bisa menjadi apa-apa bahkan bisa dicap PKI dan subversive, yang artinya penjara dan represi harus dihadapi.
Dari mulai bangku sekolah, masuk perguruan tinggi hingga mendapatkan pekerjaan, kita terus dicekoki dengan program itu (penataran P4) secara bertahap bahkan di setiap prajabatan ketika seseorang akan menghadapi posisi baru di tempat pekerjaannya .
Padahal isinyapun hanya doktrin anti komunis agar patuh kepada penguasa, menelan bulat-bulat sejarah yang dibuat pemerintah, menerima bahwa politik yang terbaik adalah demokrasi pancasila. Komunisme adalah ajaran anti Tuhan dan haram hukumnya serta cerita tentang PKI yang melakukan pengkhianatan kepada Pancasila dan Pak Harto muncul sebagai penyelamat Negara dalam semua hal dan sebagainya.
Pembatasan kebebasan berpikir
Buku-buku mengenai politik bahkan roman saja disortir karena bisa mempengaruhi cara berpikir masyarakat. Buku karya satrawan kiri seperti “Bumi Manusia” karya Pramudya Ananta Toer yang baru-baru ini difilmkan, dilarang dan tak sedikit media yang dibredel bila beritanya dianggap mengganggu stabilitas Nasional.
Itu karena doktrin yang sekian lama ditanamkan Orde Baru menjadi satu-satunya doktrin yang benar dan satu-satunya ideologi dan menganggap faham yang lain salah.
Jika kita punya pemikiran yang menyinggung ideologi nasionalis yang lain, misalnya ideologi sosial atau kekaguman kepada nasionalisme Sukarno, jangan heran bila langsung diserang dengan cap PKI.
Lahirnya fasisme berkedok Islam
Setelah kejatuhan Soeharto pada tahun 1998 , slogan anti komunis sudah tidak relevan lagi, karena Uni Soviet sudah lama bubar dan perang dingin antara AS-Soviet sudah selesai.
Apalagi China sudah mulai berubah menjadi negara kapitalis, para generasi penerus Soeharto pun berusaha mempertahankan kekuasaan dengan sistim politik yang berbeda menjadi sebuah negara demokrasi.
Kemudian upaya-upaya melindungi sisa-sisa kekuasaan pun dilakukan, karena mereka butuh ideologi untuk bisa mengawal, agar kejatuhan Suharto tidak menimbulkan revolusi. Maka dibentuklah Pam Swakarsa yang dimotori oleh Rizieq Shihab seorang yang punya kemampuan untuk memobilisasi masa terutama masa Islam di luar NU dan Muhammadiyah.
Pada saat Itu Muhammadiyah relatif pro Orba karena dipimpin Amien Rais yang dekat dengan Soeharto pada periode 1990 -1993 bahkan Soeharto memberikan sambutan ketika Amien Rais terpilih kedua kalinya memimpin Muhammadiyah yang kemudian dilanjutkan Dien Samsudin Mantan politikus Partai Golkar.
Ketika Amien Rais mendirikan PAN, maka slogan anti komunis pun berubah ke slogan Islam karena setiap usaha yang melampaui undang-undang selalu membutuhkan alasan. Misalnya pada saat Seoharto membubarkan PKI dan menggulingkan Soekarno, dimunculkan sentiman anti komunis.
Begitu pula alasan untuk menyerang lawan politik yang sedang mulai bangkit kembali yaitu nasionalisme Sukarno melalui PDI-Perjuangan, sangat pas dilawan dengan fasisme Islam.
Menggunakan dalil-dalil Islam
Fasisme Islam bukan mengajarkan Islam secara benar, tapi mereka menggunakan dalil-dalil Islam sebagai alat pembenaran apa pun tindakan mereka. Misalnya menyerang lawan politik dan pihak yang bisa dianggap musuh mereka, menggalang dukungan secara homogen atau kesamaan identitas. Kemudian melakukan intimidasi dengan mendeklarasikan diri bahwa mereka adalah kebenaran dan yang lain salah, kemudian dianggap musuh.
Situasi ini membuat Front Pembela Islam (FPI) pimpinan Rizieq Shihab mulai bersinar karena selalu menjadi mitra militer untuk menghadapi gerakan mahasiswa dan mengamankan Partai Golkar.
FPI sebagai pembela dosa-dosa Soeharto
Pada saat tahun 1998, tuntutan rakyat yang paling deras adalah mengajukan tuntutan untuk mengadili Soeharto dan keluarganya serta pembubaran Partai Golkar.
FPI yang dibeking TNI sukses menjadi ormas Islam militan hingga berhadapan dengan mahasiswa karena TNI pada saat itu yang masih pro Orde Baru membutuhkan proxy untuk menghadapi aksi masa.
Hal tersebut menjadi sorotan Dunia Internasional dimana Indonesia sangat membutuhkan dukungan hutang dari IGGI dan IMF untuk mengatasi krisis terlebih isyu HAM menyangkut Peristiwa Gereja St Cruze di Timor Leste, peristiwa pembantaian 1965 dan Kerusuhan Mei 1998 menguat kembali .
Sebenarnya tujuan FPI menjadi Pam Swakarsa saat itu adalah mengawal agar keluarga Soeharto aman dari gejolak massa dan tuntutan untuk dihukum serta mengamankan Sidang Istimewa yang dirasakan oleh mahasiswa tidak sesuai dengan aspirasi mereka.
Akhirnya hasil Sidang Istimewa MPR memang banyak yang menghasilkan kekuatan generasi penerus Orde Baru tetap berkiprah di parlemen sehingga politik dagang sapi atau politik transaksional terbukti terus berjalan hingga hari ini dan kedaulatan di tangan rakyat terus dimanipulasi.
Puncaknya adalah ketika Pilpres tahun 2014, mencapai klimaks pada Pilkada DKI 2017 dan Pilpres 2019.
Di sini kita bisa melihat korelasi antara para politisi produk orde baru dengan FPI selalu seiring sejalan, apalagi ketika Jokowi muncul menjadi Presiden karena ada dua hal yang tidak disukai mereka terhadap Jokowi, pertama karena yang mengusung PDI-Perjuangan, dan kedua tidak mau diatur oleh politik transaksional. (***)