Oleh | Tito Gatsu
Selalu diperalat untuk merendahkan kaumnya
Dalam politik fasis, berbagai cara untuk menguasai sebuah negara ialah dengan cara pertama-tama, melemahkan kaum perempuannya.
Dengan ditundukannya kaum perempuan, berarti 50% negara sudah dikuasai. Kita lihat di negara- negara yang menjadi koloni asing atau negara imperialis, kedudukan perempuan biasanya jauh di bawah kedudukan kaum laki-laki.
Tidak sulit mengambil contoh, misalnya di negara-negara Timur Tengah dan Afghanistan berbeda dengan di negara maju, dimana kaum perempuan mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap kemajuan bangsanya karena dasar nasionalisme dan memelihara budaya leluhur pertama adalah bagaimana seorang ibu mengajarkan tujuan hidup kepada anaknya.
Difitnah dan dihabisi
Dengan lemahnya perempuan, berarti ideologi sebuah bangsa akan hilang. Tak heran, jika pada tahun 1965, Suharto menghabisi semua yang berbeda ideologi dengannya, bahkan rakyat dipaksa untuk mengikuti kemauan politik orde baru.
Anggota komunis dan kaum kiri serta simpatisan Bung Karno dihabisi, bahkan Gerwani yang memiliki massa hingga 1,7 juta orang, difitnah dan dihabisi. Diperkirakan, sekitar 200.000 perempuan pergerakan Indonesia termasuk Pahlawan Kemerdekaan dibunuh dan ditahan.
Pada saat ini, akibat pembantaian gerakan perempuan pada masa tahun 1965, kita melihat sebenarnya kaum perempuan Indonesia banyak dipengaruhi untuk merendahkan kaumnya sendiri.
Hal itu terjadi, karena pola berpikir mereka yang pendek dan fragmatis, tidak percaya diri sehingga rela mengorbankan dirinya dan kaumnya untuk mengkhianati diri sendiri dan bangsanya.
Padahal jika kita tidak memperhatikan hedonisme dan slogan para bajingan politik bahwa perempuan itu berhak untuk bahagia dan setara bahkan banyak yang punya kemampuan lebih dari laki- laki, itu karena doktrin bahwa takdir perempuan dibawah laki-laki. Kenapa mereka tidak berpikir bahwa Tuhan itu maha adil dan tak mungkin membedakan umatnya?
Sangat dibenci kaum intoleran dan radikalis
Setelah masa reformasi, apalagi pada saat Megawati Soekarnoputri maju sebagai kandidat Presiden, aksi penolakan begitu hebat dari para bajingan politik. Begitu pula saat ini, Risma menjadi Menteri Sosial, nyinyiran itu pun kembali berkumandang dengan dahsyat. Apalagi oleh antek-antek penerus Orde Baru seperti Fadli Zon dan PKS.
Itu karena sejak dulu memang mereka selalu menggunakan diskriminasi fasis yang tidak menghendaki melihat perempuan Indonesia maju.
Padahal sejak jaman pra kemerdekaan, banyak perempuan Indonesia yang menjadi pejuang kesetaraan dan kemerdekaan Indonesia serta diakui dunia Internasional.
Tetapi sejak meletusnya peristiwa G30S PKI, kemajuan perempuan Indonesia bak lenyap ditelan bumi.
Namun di era Pemerintah sekarang, ternyata banyak perempuan hebat yang tidak kalah, bahkan lebih berprestasi daripada laki-laki, misalnya Sri Mulyani Indrawati yang berulang kali mendapatkan predikat Menteri Keuangan terbaik di dunia.
Retno Marsudi yang mampu menjadi wakil pemerintah sehingga Indonesia disegani dunia Internasional dan Tri Risma Harini yang sukses menjadi walikota terbaik di dunia.
Sejarah pergerakan perempuan Indonesia
Seperti kita ketahui hubungan antara Gerwani dan IDFF (Organisasi Perempuan Dunia), yang banyak melahirkan pemimpin negara-negara di dunia, seperti Aung San Sukyi ikon demokrasi Burma dan Angela Markell, kanselir Jerman.
Pada awal 1960-an, setidaknya enam perempuan Indonesia bekerja di Sekretariat IDFF di Berlin Timur untuk jangka waktu satu hingga dua tahun.
Banyak dari perempuan ini berkontribusi pada publikasi bulanan IDFF Women of the Whole World.
Selain itu, banyak perempuan Indonesia lainnya yang ikut serta dalam kongres IDFF dan kongres organisasi anggota di seluruh dunia dan bersentuhan dengan banyak gagasan melalui perjalanan mereka yang relevan dengan perjuangan mereka untuk hak-hak perempuan.
Hingga Oktober 1965, Gerwani masih menjadi bagian dari gerakan perempuan Indonesia meski pun ada perbedaan pendapat dan ketegangan dengan organisasi perempuan lainnya.
Pada 1965, Gerwani menyatakan memiliki 1,7 juta anggota yang menjangkau hingga ke tingkat desa. Dengan jumlah anggota yang begitu banyak, yang tersebar di wilayah yang begitu luas, Gerwani dianggap sebagai kekuatan politik.
Bersama Kongres Perempuan Indonesia yang masuk dalam pemerintahan Front Nasional pada tahun 1962, Gerwani terlibat aktif dalam berbagai kegiatan pemerintahan seperti dalam operasi Komando Tiga Orang untuk Pembebasan Irian Barat, dan dalam Kampanye Hancurkan Malaysia, yang berpartisipasi dalam pelatihan sukarelawan.
Sejarah perempuan Indonesia dihancurkan
Basis massa Gerwani, cara mereka mengembangkan pendekatan interseksional yang memadukan feminisme dengan isu-isu kelas, serta radikalisasi dan politisasi anggotanya masih menjadi inspirasi hingga saat ini.
Tapi, itu juga menjadikan mereka target pembalasan dan kekerasan yang mengerikan oleh militer dan organisasi keagamaan. Penghancuran Gerwani dan penganiayaan brutal terhadap anggotanya.
Pada masa reformasi, bahkan peranan perempuan Indonesia semakin tenggelam dengan banyaknya kaum radikalis yang mengaku Islam? Karena mereka cenderung menyuarakan syiar dengan hal-hal yang jauh dari moral yang baik, apalagi berpikir tentang kemajuan jaman dan kesetaraan gender.
Karena itu, saya tetap punya keyakinan bahwa Islam itu tak serendah apa yang mereka gambarkan.
Banyak hal yang bisa kita lihat dari ceramah-ceramah ustad di Indonesia yang terindikasi radikalisme, selalu mengobarkan kebencian dengan seolah-olah mereka adalah Islam kafah, kadang-kadang dengan dalil-dalil yang mengada-ada, seperti gambaran kehidupan surga dan lain lain, bahkan beberapa ustad ternama memberikan gambaran surga hanya suatu tempat pelampiasan seksual dan umumnya hanya berlaku untuk kesenangan kaum laki-laki.
Gambaran perempuan yang solehah adalah yang patuh pada suami, mengorbankan seluruh hidupnya untuk suaminya, selain itu mungkin tidak ada, apalagi untuk perempuan yang bisa mandiri dan jadi pemimpin, mereka tidak akan segan untuk menstigma dengan kata-kata laknat, kafir dan penista agama dan sebagainya.
Memberi dimensi pemikiran yang lebih maju
Banyak dalil dalam Al-Qur’an yang memberikan dimensi yang lebih maju, yang lebih sesuai dengan perkembangan jaman.
Kenapa kita harus mengikuti hal yang merugikan? Misalnya jika seorang laki-laki bisa beristri empat orang, kenapa itu harus diikuti sebagai sunah rasul dengan segala pembenarannya. Padahal ternyata lebih banyak hal yang menimbulkan mudharat, jika aturan dibuat bahwa seorang laki-laki boleh hanya menikahi satu perempuan saja pun tidak melanggar Al Qur’an dan perintah Allah.
Itu hanya salah satu contoh dari penafsiran ekstrim yang mereka lakukan sebagai pembenaran. Belum lagi mengenai cadar dan tak boleh berhubungan dengan orang yang selain muhrim, tidak bisa berkarya, jika berbeda pandangan wajib dipukul dan diceraikan oleh suami dan sebaginya.
Aturan-aturan hukum dan agama sering dibenturkan hanya untuk kepentingan sesaat dan menjadi pembenaran terhadap kepentingan mereka saja.
Berjuang menentang kekolotan
Founding Father kita, Bung Karno, bahkan sudah memberikan gambaran mengenai kedudukan Islam yang maju: Mengapa kita musti kembali ke zaman ‘kebesaran Islam’ yang dulu-dulu? Hukum Syariat? Lupakah kita, bahwa hukum Syariat itu bukan hanya haram, makruh, sunnah, dan fardlu saja? Lupakah kita, bahwa masih ada juga barang ‘mubah’ atau ‘jaiz’?
Alangkah baiknya, kalau umat Islam lebih ingat pula kepada apa yang mubah atau yang jaiz ini! Alangkah baiknya kalau ia ingat bahwa ia di dalam urusan dunia, di dalam urusan statemanship, ‘boleh berqias, boleh berbid’ah, boleh membuang cara-cara dulu, boleh mengambil cara-cara baru, boleh beradio, boleh berkapal udara, boleh berlistrik, boleh bermodern, boleh berhyper-hyper modern’, asal tidak nyata di hukum haram atau makruh oleh Allah dan Rasul!
Adalah suatu perjuangan yang paling berfaedah bagi ummat Islam, yakni berjuang menentang kekolotan. Kalau Islam sudah bisa berjuang mengalahkan kekolotan itu, barulah ia bisa lari secepat-kilat mengejar zaman yang seribu tahun jaraknya ke muka itu.
Perjuangan menghantam orthodoxie ke belakang, mengejar jaman ke muka, perjuangan inilah yang Kemal Attaturk maksudkan, tatkala ia berkata, bawa ‘Islam tidak menyuruh orang duduk termenung sehari-hari di dalam mesjid memutarkan tasbih, tetapi’ Islam adalah perjuangan.’ Islam is progress: Islam itu kemajuan!”
Bangkitlah perempuan Indonesia
Sudah saatnya kita sebagai orang Indonesia bangga ada dasar yang diletakkan oleh pendiri bangsa menjadi Islam yang maju dan bukan Islam yang kembali ke jaman jahiliah.
Saya hanya sering prihatin dengan perempuan Indonesia, karena yang terdampak dari radikalisme sebagian besar dialami perempuan karena perempuan Indonesia begitu religius dan rajin datang ke pengajian serta mudah diintimidasi, begitu direndahkan kedudukannya di mata para penceramah radikal itu.
Sudah saatnya perempuan Indonesia berpikir cerdas dan berani melawan semua provokasi kebodohan yang mengatas namakan radikalisme Islam, jangan takut anda tidak akan masuk surga karena surga adalah hak Allah ta’ala serta Allah Wa Jalla, tidak sebodoh apa yang digambarkan oleh mereka.
Wanita muslim Indonesia punya hak mandiri dan bahagia. Salam Kedaulatan Rakyat.