BADAN Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Utusan Khusus PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana melakukan peninjauan ke sekolah aman bencana di SD Negeri 13 Klender, Jakarta Timur, Kamis (03/02/2022).
SD Negeri 13 Klender merupakan sekolah percontohan aman bencana terhadap komunitas dan lingkungan sekitar yang juga telah mendapatkan pelatihan penanggulangan bencana dan pendampingan oleh Yayasan Kausa Resiliensi Indonesia (YRKI).
Kegiatan peninjauan diawali dengan paparan tim siaga bencana SD Negeri 13 Klender dan dilanjutkan dengan diskusi bersama BNPB, Utusan Khusus PBB, dan para siswa.
Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB Raditya Jati saat berdiskusi berpesan kepada para guru dan siswa bahwa pengetahuan tentang kebencanaan yang diperoleh agar dapat disebarluaskan kepada lingkungan sekitar sekolah dan tempat tinggal.
“Sekolah aman bencana ini menjadi sarana bagi guru dan siswa untuk belajar tentang lingkungannya dan menjadi agen untuk memberikan informasi kepada keluarga dan masyarakat sekitar. Hal ini menjadi sangat baik dilakukan untuk menyadarkan masyarakat terhadap literasi bencana mengingat kita tinggal di wilayah rentan bencana,” ujarnya.
Sementara itu, Utusan Khusus PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana Mami Mizutori mengungkapkan kedatangannya bertujuan untuk melihat langsung upaya sekolah aman bencana yang ada di SD Negeri 13 Klender mengingat sekolah ini merupakan sekolah yang menerapkan aman bencana.
Mami juga menambahkan dengan adanya sekolah aman bencana diharapkan para guru dan siswa dapat menjalankan kegiatan belajar mengajar dengan aman dan nyaman sehingga mencetak generasi penerus bangsa yang lebih cerdas.
“Menciptakan negara yang lebih aman dari bencana dan menciptakan sekolah aman adalah salah satu tujuan kami mengingat sekolah adalah tempat bagi siswa untuk menuntut ilmu agar dapat mewujudkan masa depan yang lebih baik,” ujar Mami.
Selain itu, Tim Siaga Bencana SD Negeri 13 Klender Utin Sutinah memaparkan bahwa SD Negeri 13 rutin mengadakan pelatihan dan simulasi penanganan bencana seperti gempa dan kebakaran.
Utin juga menambahkan bahwa SDN 13 Klender ingin membangkitkan kembali semangat Tim Siaga Bencana yang masih ada untuk dapat menambah anggota.
“Tim Siaga Bencana sekolah awalnya terdiri dari sekitar 60 siswa dan sekarang hanya tersisa 10 siswa karena sudah lulus dan belum sempat ada regenerasi karena terhalang pandemi yang mengakibatkan siswa lebih sering belajar di rumah,” pungkas Utin.
Setelah diskusi, kegiatan dilanjutkan dengan peninjauan ke ruang Unit Kesehatan Sekolah (UKS), jalur evakuasi, dan titik kumpul serta mural informasi penanganan bencana di lingkungan sekolah.
Turut mendampingi dalam kegiatan tersebut Penerjemah Sekretariat Kabinet, Muhardi sebagai interpreter. (***)