DALAM setiap even, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, selalu menyebut dua kata, gerak cepat.
Kedua kata tersebut, sekaitan dengan gencar-gencarnya upaya menumbuh-kembangkan berbagai potensi yang ada dari sektor kepariwisataan dan ekonomi kreatif di 75.000 desa yang ada di negeri yang kita cintai ini, Indonesia.
Gerak cepat, tidak hanya sekadar slogan, tetapi diimplementasikan Sandiaga Salahuddin Uno di dalam durasi keikhlasannya untuk memajukan destinasi wisata negeri yang mampu berkompetisi secara kualitas di masyarakat internasional.
Gerak cepat, memang butuh energi lebih. Gerak cepat, membutuhkan sumber daya manusia yang mumpuni dalam mengelola sumber daya alam luar biasa di hamparan 75.000 desa yang ada.
Gerak cepat itu juga, menjadi sangat dan sangat penting bagi petumbuhan mau pun perkembangan kepariwisataan dan ekonomi kreatif di Kabupaten Simalungun.
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Simalungun, yang sangat berkepentingan dalam menentukan arah kepariwisataan, tidaklah cukup hanya melihat bagaimana 6 kabupaten lainnya yang berada di kawasan Danau Toba.
Lebih dari itu, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Simalungun, harus membuka diri dalam melihat seberapa kencangnya denyut pertumbuhan kepariwisataan di daerah lainnya.
Gerak cepat yang diharapkan, adalah memfokuskan skala prioritas sentuhan destinasi wisata di Kabupaten Simalungun, yang patut diberikan porsi besar dalam pengemasannya, sehingga memiliki nilai jual tinggi. Tidak hanya bagi wisatawan lokal, tetapi juga bagi wisatawan mancanegara.
Yang patut kita catat, bahwa di saat sejumlah kabupaten melakukan gerak cepat membangun desa wisata, Kabupaten Simalungun masih butuh geliat kencang agar dapat mendaftarkan desa wisata pada Anugerah Desa Wisata. Kini, ada 1.831 desa wisata yang akan berkompetisi untuk meraih Anugerah Desa Wisata. Bagaimana dengan Kabupaten Simalungun dengan 13 desa wisata yang ada?
Mengadopsi dua kata (gerak cepat) yang selalu disampaikan Sandiaga Salahuddin Uno, tidaklah menjadi “kampungan”. Yang terpenting, bagaimana dua kata tersebut, berdampak pada geliat menggembirakan untuk pertumbuhan destinasi wisata, terkhusus desa wisata di Kabupaten Simalungun.
Geliat gerak cepat itu juga, tokh akan berkontribusi besar pada peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Simalungun.